AWAL DARI KISAH YANG LAIN

AWAL DARI KISAH YANG LAIN Desain cover oleh Daniela Triani   Kata Pengantar Kisah-kisah Problematika Gender yang Manga-esque   Buku ini adalah ruang-waktu yang kami ciptakan supaya teman-teman mahasiswa Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, yang terlibat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berkarya mengartikulasikan pengalaman dan pemahaman mereka akan gender dan problematika yang ada tentang gender tersebut. Tentu teori-teori gender itu mereka dapatkan di dalam kelas. Dalam kesempatan ini, diharapkan para mahasiswa mampu mem- break down dan mengartikulasikan teori tersebut melalui sebuah kisah (fiksi) yang lebih dekat dengan mereka. Tentu saja pembahasan mengenai gender ini selalu menarik dan selalu terbuka akan berbagai macam kemungkinan. Kisah tentang gender yang dihadirkan oleh teman-teman mahasiswa Sastra Jepang ini sungguh menarik; ada kisah yang menelusuri problematika gender itu di ranah yang paling privat—ketika seseorang mempertanyakan identitas gende

Peziarah Tanpa Iman

Peziarah Tanpa Iman
*untuk Martasudjita

Beratus-ratus purnama aku merenungkan
dan pada malam yang itu aku meyakini
Kutanggalkan jubah kebesaran itu
untuk mengarungi samudera tanpa cakrawala

Bukan pada lubang di antara selangkang
Bukan pula demi uang yang bergelimang
Tetapi mengikuti kata hati sanubari
yang senantiasa bergema pada tiap sudut raga

Aku ini peziarah
tanpa iman
tanpa kepercayaan
tanpa tongkat pegangan
Hanya mengikuti bisikan nurani
penuh kesadaran dan kebebasan

Aku ini roh merdeka
yang tak mengimani surga
pula tak percaya neraka
Aku ini roh merdeka
yang narima ing pandum
Menjawab “ya” pada hidup
dengan segala konsekuensinya

Dengan kegairahan ini aku memilih mati di atas Teater Arena
dan bukannya mangkat dengan hormat di pastoran Gereja
Engkau takkan mengerti dan memahami jiwa kami
Engkau takkan mengerti dan memahami keputusan ini
Takkan pernah,
sebab kauberada di atas menara gading yang kuning
dan kepadamu semua lutut bertelut

Cawan yang tersaji di hadapanku telah kutenggak habis
Tubuh dan darahku telah tercurah di atas panggung teater itu
Semuanya telah menjadi persembahan yang sempurna
bagi hidup serta kematian yang mengikutinya
Sekiranya engkau harus menjadi kematian kecilku
jadilah!

Dan kalian,
jangan ikuti jejakku!
Buatlah jejakmu sendiri...

Tepi Jakal, 20 Mei 2012
Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Comments