BULAN KEMERDEKAAN

  BULAN KEMERDEKAAN   麦わらの一味 Dua minggu lalu kita dipanggang matari dengan cinta mengenang kebebasan hormat pada Merah-Putih lambang darah-keringat perjuangan moyang simbol cinta-harapan hidup sejahtera di tanah merdeka, milik kita!   Pada Minggu itu aku saksikan kawan-kawanku berdandan a la pejuang dan pahlawan memainkan kembali kisah perlawanan Lalu bersama bergembira Delapan puluh tahun kita merdeka!   Merdeka? Kamis lalu seorang pemuda tewas dilindas ACAB! Hari ini seorang mahasiswa mati dipersekusi ACAB! Mana Sila Kedua Pancasila?!   Kami bersuara bukan karena benci! Kami hanya ingin Sila Kelima Pancasila terwujud nyata di tanah kita!   Aku tidak akan pernah lagi sudi mengajar Pancasila dan Kewarganegaraan di negeri ini!!!   Biadab-biadab itu adalah monster yang dididik untuk hanya tahu menyiksa, mendera, dan membunuh! Biadab-biadab itu adalah Herder yang dilatih untuk melindungi kepenti...

DI SINI


Di Sini
*untuk mereka di Salatiga
Salah satu adegan di dalam Techno Ken Dedes, Salatiga, 19 Juni 2012


Jadi...
di sinilah aku
di kota keheningan dan cinta

Sebenarnya aku datang hanya ingin memandangmu,
bukan meninggalkan benihku.
Namun, terlanjur... maafkanlah aku.
Kuharap benih itu berkembang di rahimmu baik-baik...
jadi kata
jadi puisi
atau drama
atau sekadar maki!

Di sini, di kota ini, dulu aku mencari Tuhan.
Di sini pula aku mengartikulasikan cinta.
Kini, izinkan aku menumpang,
merebahkan tubuh di dalam pelukan panggung teater...
di sisimu...
di sini.

Segala cinta,
hidup,
kata,
dan kenangan akan Tuhan,
melebur di dalam perjumpaan...
wajahku dengan wajahmu...
di sini.

Kautahu,
kota ini selalu saja mendiktekan diksi menjadi puisi.
Menyesal aku tak membawa kertas dan pena.
Kukutuki diriku oleh karenanya.
Hingga akhirnya aku harus menyampah di sisimu.
Tapi, percayalah,
esok sampah-sampah ini akan kurangkai jadi puisi,
untukmu di sini.

20 Juni 2012
Padmo Adi

Comments

Post a Comment