KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

PERPISAHAN


Perpisahan
*untuk angkatan 25 FTW-USD
angkatan 25 FTW-USD


Empat tahun terasa cepat.
Terima kasih atas kebersamaan yang dahsyat.
Maaf, dulu aku mengawali laisasi.
Maaf pula, tadi tak sempat bantu siapkan pesta ini.
Angkat gelas! Perjamuan yang memesona.
Tubuh dan darah yang istimewa.
Sampai jumpa, kelak kita 'kan bersua.
Angkat kembali gelas! Goyangkan kaki seturut irama,
sampai lonceng completorium tiba.

12 Juni 2012
Padmo Adi

Comments