SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

JIWA YANG GELISAH

JIWA YANG GELISAH

jiwa yang gelisah
meluncur di jalan
dia sendirian
menembus angin
membelah udara
akan tetapi...
misteri kehidupan
tetap tak terdedah

hidup dan kematian
ada dan ketiadaan
adalah dua sisi berbeda
dari keping yang sama

hidup untuk dirayakan
dari tiada kita ada
hari ini ada, esok tiada
kematian bukan untuk diratapi

jiwa yang gelisah
meluncur di jalan
dia sendirian
menikmati setiap tikungan
hingga tiba pada suatu masa
dia beristirahat untuk selamanya

28 Oktober 2012
Padmo Adi

Comments