KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

500 Kilometer

500 Kilometer

Lima ratus kilometer
itulah jarak antara kau dan aku
itulah jarak yang memisahkan kita
Surakarta, kota para pemberani, di sini aku berada
sedang kau di Jayakarta, kota jaya, kota para pemenang

Takkan kubiarkan Batavia senantiasa merenggutmu dariku
Lima ratus kilometer adalah harga untuk meraih cintamu
Akan kutempuh lima ratus kilometer itu
untuk merebutmu kembali dari angkuhnya Ibu Kota

Ganas dan wingitnya Pantura bukan sekadar legenda
tapi kisah nyata yang aku saksikan dengan mata kepala
tak terhitung jumlahnya hidup berakhir di aspal Pantura
namun rasa takut lebur di dalam kobaran rindu di dada

Belum pernah kurasakan takut dan rindu jadi satu seperti itu
Hujan yang dingin di tengah gelapnya malam
Mesin yang meraung di tengah-tengah hutan
Lumpur yang menciprat-ciprat membutakan
Truck-truck dan bus-bus raksasa menghimpit
Namun aku percaya, jalan berliku itu mengantarku padamu

Ketika matahari menerangi Pantura
walau awan mendung masih saja meraja
saat itulah aku semakin merindukanmu
Jakarta, dua ratus sekian kilometer lagi
saat itulah aku menjadi ketakutan...
Sebab kudapati diriku melaju dengan gila
sebelum kusaksikan kecelakaan mencekam
yang mungkin terjadi setiap hari di Pantura

Hanya saja rindu inilah yang memimpinku
rindu inilah yang memacu pistonku hingga batas
rindu inilah yang ingin menebas lima ratus kilometer
rindu inilah yang hendak memenangkan cintamu di kota Jaya

Dan, ketika kulihat api emas di pucuk Monas
aku tahu, aku akan segera bertemu denganmu
memenangkan cintamu
di kota kemenangan
Jakarta!!!

*untuk Kartika,
aku menemukanmu, kasihku
mengenang kebersamaan kita, 30 Desember 2012 - 01 Januari 2013
Surakarta, 10 Januari 2013
Padmo Adi

Comments