KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Cerita tentang Seorang Perempuan Tua yang Kalian Kenal

Cerita tentang Seorang Perempuan Tua yang Kalian Kenal
*untuk adik-adikku
Dewi, Gangga, Hendy, Hendry, David, Dian, Nando, Reza, Putri

Adik-adikku,
aku memiliki sebuah cerita untuk kalian
tentang perempuan tua di usia senjanya

Perempuan tua itu selalu bangun pukul lima
lalu berdoa Bapa Kami dan Salam Maria
Melihat cucu lelakinya yang baru saja tidur
lalu terbungkuk-bungkuk berjalan ke dapur

Kaki-kaki tuanya masih cukup perkasa
menemaninya menanak nasi di pagi hari
mencuci baju bersama anak sulungnya
mencuci piring dan memasak sayur hari ini

Sambal goreng perempuan tua itu tiada duanya
Restoran mahal di manapun tak memiliki resepnya
Kalian bisa melahap banyak nasi jika memakannya
Apa lagi jika bandeng goreng telur jadi lauknya

Di usianya yang senja,
masih saja dia menyimpan cerewet seorang ibu
Akan tetapi, dia begitu rendah hati dan bijaksana
Pernah dia menasehati cucu lelakinya itu,
diakhiri dengan berkata,
“Memang kamu lebih pintar dari aku.”

Perempuan tua itu tak lain adalah nenek kita
Dari rahimnyalah orang tua kita ada
Dialah moyang kita yang hidup
Setiap pagi berarti makin senja dia... semakin renta
Namun, masih saja dia bangun pagi dan berdoa
lalu tertatih menuju ke dapur untuk kembali menanak

Setiap dari kita pernah dicerewetinya
tapi, ketahuilah, itu adalah cerewet seorang ibu
yang menginginkan yang terbaik untuk kita
Maka, ada baiknya kita cukup berkata ‘iya’
walau dalam hati kita berkata ‘itu kuno!’
Nenek sadar, pandangan hidupnya telah dimakan zaman
Tetapi, apa salahnya mendengarkan kebijaksanaan tua?

Usianya telah senja
Setiap pagi berarti makin senja dia... semakin renta
Sudah selayaknya dia bahagia
Menjalani hari-hari tuanya dengan senyum melihat kita

tepi Jakal, 28 Agustus 2013

Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments