SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika
(disadur dari lirik lagu All is One - Orphaned Land)


Kita adalah yatim-piatu dari Tanah Suci, air mata Nusantara
Dalam gelap kita berdoa dan bersumpah untuk bangkit berdiri sekali lagi

Kita adalah putra-putra Garuda
Kita berbagi iman lewat luka sejarah dan air mata
Berjalan di atas tanah-air, tapi masihkah milik kita?
Wahai putra-putra Garuda, bangkit berdirilah!

Sebuah perjanjian keramat di tanah Nusantara
Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa
Namun, kebencian menumpahkan darah kita
Kita pun gagal melihat bahwa bhinneka tunggal ika

Hasutan seperti racun, menyelinap melalui urat-nadi
Menenun jaring-jaring muslihat, harapan digerogoti
Haruskah kita mengulang kembali luka-luka sejarah dulu?
Atau, haruskah kita menjadi cahaya, sebuah dongeng baru?

Kejahatan dan dosa mengancam kita semua, tiada yang baru
Siapa peduli kamu Muslim, Kristen, Buddha, Hindhu, atau Kong Hu Chu?
Yang tercerahkan tidak sampai puluhan ribu
Dan agen perubahan itu sekarang tak lain adalah kamu

Dari Nusantara kita berjuang bersama, semua putra Garuda
Pusaka kita, penuh cahaya, bersinar seterang sang Surya
Kita adalah para yatim-piatu dari Nusantara, penjaga Pancasila
Kami pun menghormatimu, pahlawan, karena menjadi orang sederhana


disadur oleh Padmo Adi

Comments