PADA PERSIMPANGAN JALAN

  PADA PERSIMPANGAN JALAN   Jalan di depan berkabut.  Dokumen pribadi . Kita akan berpisah. Tapi, aku senang pernah berjumpa denganmu, mengenalmu, dan melangkah bersamamu... hingga nanti pada persimpangan itu. Kau akan kembali ke asalmu, sementara aku tetap akan di sini, berjaga bersama waktu. Aku tidak pernah punya keberanian untuk berkunjung ke kotamu. Mungkin nanti ketika aku telah selesai di sini. Tapi, apakah nanti akan tiba? Yang jelas, nanti adalah perkara perpisahan. Jadi, selamat jalan.   Malang, 05 Desember 2022 Padmo Adi

Sayang, Kamu Tidak Keberatan, ‘Kan?

Sayang, Kamu Tidak Keberatan, ‘Kan?

Kamu tahu, Sayang?
Setiap malam hampir dini hari
ketika aku melembur menulis puisi
aku kelaparan.
Namun, tidak ada yang bisa kumakan
kecuali nasi telur di burjo itu.
Tidak ada pilihan.
Dan, kamu tahu, Sayang?
Setiap kali aku memesan telur yang digoreng
yang kupesan adalah telur ceplok mata sapi setengah matang.
Jadi, setiap kali aku makan, mata itu akan menatapku...
dan setiap kali aku mengirisnya,
cairan kuning itu akan mendelewer.
Itulah tatapan orang-orang yang tanahnya direnggut
demi minyak untuk menggoreng telurku itu tadi.
Itulah darah mendelewer orang-orang yang tanahnya direnggut
demi minyak untuk menggoreng telurku itu tadi.
Kamu tidak keberatan, ‘kan, Sayang,
punya kekasih seorang pembunuh?

tepi Jakal, 08 Januari 2014
Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments