SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

Bukan Salahmu

Bukan Salahmu

Perempuan...
serapat apapun engkau menyembunyikan tubuhmu,
takkan menghalangi bangkitnya hasratku.
Sebab,
hasratku tidak berasal dari tiap sudut tubuhmu,
tetapi terbit dari diriku yang retak ini.

Hasrat itu menyelinap
di sesela retakan diriku,
mengucur,
muncrat
pada tubuhmu...
hingga seolah-olah berasal dari sana.

Terkadang,
muncratannya kujadikan cat warna...
dan dengan kuas kulukis wajahmu
pada kanvas di rongga jiwaku.

@KalongGedhe
#lacaniantheoryinpoetry

Comments