KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Para Tuhan Kita


Para Tuhan Kita

adalah orang yahudi yang pindah ke eropa jadi bule di sana...
adalah orang india yang sering ngegym hingga kekar tubuhnya...
adalah orang arab yang tak sudi digambarkan wajahnya, meski hanya sketsa saja...

mungkinkah Tuhan berkoteka?
mungkinkah Tuhan menatto tribal tubuhnya dan berburu di hutan-hutan kalimantan?
mungkinkah Tuhan menanam padi di sawah, bukan anggur, hingga punggungnya mengkilap hitam?
mungkinkah Tuhan memukul tifa?

Benarkah kita diciptakan segambar dengan Tuhan,
ketika gambaran kita akan Tuhan begitu berbeda dari kita... orang nusantara?

Mungkin memang tak ada yang asli ditanah ini...
juga Tuhan.

13 Juni 2014
Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments