SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

Tersesat

Tersesat

Ini kepala penuh kata.
Di sisi, banyak buku tumpah.
Namun, kata tak kunjung menjelma kalimat.
Aku tersesat...
            tersesat pada lautan penanda
            tersesat pada samudera ide yang mendera.
Menulis tidak semudah berbicara.

Beri aku sebatang kretek,
atau temani di Ruang PKI*
            malam ini.

kepada mereka yang tengah menulis skripsi dan tesis
23 April 2014
Padmo Adi

*sebuah ruangan yang terletak di lantai 2 gedung pascasarjana Universitas Sanata Dharma

Comments