TUJUH LEMBAR LIMA PULUH RIBU

TUJUH LEMBAR LIMA PULUH RIBU   Kalau kamu punya tiga ratus lima puluh ribu, mau kamu pakai buat beli apa?   Kalau aku, mau beli sepotong akal sehat dan seiris hati nurani.   Tapi, kalau itu terlalu mahal, aku beli buku RPUL saja, biar paham peristiwa genosida enam lima, komplit dengan kudeta merangkaknya, kemudian Pulau Buru, Talangsari, dan Malari lalu Tanjung Priok, Petrus, serta Kudatuli pun Timor Timur, Papua, Aceh, juga Trisakti.   Pernah ada masa tiga dasawarsa segalanya murah termasuk nyawamu!   Kalau kita punya tiga ratus lima puluh ribu, kita akan bertempik sorak dan berseru... HIDUP PAHLAWANKU!!!   Singosari, 10 November 2025 @KalongGedhe

BAJINGAN!!!

BAJINGAN!!!


Di era kontemporer ini, kata "bajingan" mendapatkan estetikanya... .

Hal ini akan tercatat di dalam sejarah... di dalam sejarah sastra negeri ini... sama seperti kata "pemberontakan" dan "lawan" oleh Wiji Thukul.

Ketiga kata itu: "bajingan", "pemberontakan", dan "lawan" mendapatkan nilai estetisnya sebab menggambarkan perlawanan akar rumput terhadap kerakusan kelas atas yang bergandengan tangan dengan negara beserta aparatnya, dan keapatisan kelas menengah... .

Kata "bajingan" adalah penanda atas sebuah petanda baru, yaitu penolakan kapitalisasi sastra oleh seorang cukong bernama Denny JA! Baginya, sastra hanya dijadikan salah satu komoditas.

Terlebih lagi, kata "bajingan" akan menyeretmu keluar dari persembunyian metafisismu... agama dan simbol-simbolnya!

Padmo Adi

Comments