PADMOSOEDARJO, Sang Pejuang dan Pecinta

PADMOSOEDARJO Sang Pejuang dan Pecinta   Padmosoedarjo muda. Foto koleksi pribadi . Padmosoedarjo, atau yang kupanggil Eyang Daryo, adalah Veteran Perang Kemerdekaan Indonesia. Eyang Daryo berjuang di bawah Ignatius Slamet Rijadi, khususnya pada peristiwa Serangan Umum Surakarta. Anak-anak Lurah Atmowirogo. Padmosoedarjo muda adalah dua dari kiri. Foto dokumen pribadi . Dari kiri ke kanan: Siti Nonijah, Hadrianus Denda Surono, Maria Goretti Purwini, dan Padmosoedarjo. Foto dokumen pribadi . Padmosoedarjo adalah seorang pejuang sekaligus pecinta. Ketika Siti Nonijah, istrinya, mengajukan pilihan sulit, pilih tetap jadi tentara atau pilih dirinya, Eyang Daryo lebih memilih istrinya, kekasih hatinya. Kemudian dia menjalani hidup sederhana di Kauman, Surakarta. Di usia senjanya, dia lebih dikenal sebagai tukang pijat bayi. Antara Thanatos dan Eros, jelas dia memilih Eros. Padmosoedarjo bersama salah seorang anak menantunya dan salah seorang cucunya,  Adita Dyah Padmi Noviati. Fot

(Jog)Jakarta - Sebuah Jakarta yang Lain

(Jog)Jakarta
Sebuah Jakarta yang Lain

Cinta kita yang terpisah
(Jog)Jakarta
Kautahu dan mengerti benar
aku benci Batavia
Jika itu bukan oleh karenamu
takkan sudi kuinjakkan kaki
di Kota Pelacur Tua

Segala kemewahan yang ditawarkan
Segala gemerlap yang mencekam
justru membuatku kehilangan hidup
Gedung-gedung raksasa nan megah itu
tak mampu menutupi
kekumuhan
kesemrawutan
bau bacin selokan
dan udara pekat keabu-abuan

Aku selalu tak habis pikir
bagaimana mungkin kaubisa hidup
di penjara raksasa macam itu?

Batavia adalah laboratorium kapitalisme dan segala akibatnya
sementara kita adalah kelinci-kelinci percobaannya
Kautahu, Kekasih, cinta kita taruhannya!!!

Tapi aku tak mau kalah
Aku tak ingin kehilangan momentum
untuk bertemu denganmu
melihat senyummu

Cinta kita yang terpisah
(Jog)Jakarta
Bukan agama
Bukan kolot pikir orang tua
Bukan adat masyarakat
Tetapi semata kita butuh uang
untuk tetap hidup di dalam sistem
yang sudah bobrok ini
Dan kita terpisah
(Jog)Jakarta

Ah... bahkan kapitalisme telah lancang mengurusi perihal cinta!!!

Dengan gontai aku pulang...
Kembali ke pelukan ibu... Mataram
Meninggalkan
kekumuhan
kesemrawutan
bau bacin selokan
dan udara pekat keabu-abuan

Akan tetapi...
kautahu, Kekasih,
apa yang di rumah kutemukan?
Rara Jonggrang meminta Bandung Bandawasa
tak lagi membangun seribu candi
melainkan seribu hotel berbintang
supaya hadir Jakarta-jakarta yang lain
(Jog)Jakarta

Trans-Jogja, Ring Road Utara
18 Oktober 2014
Padmo Adi

Comments