SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

Pendidikan Kita (Puisi)

Pendidikan Kita

ketika kampus tak lagi aman
dan kehilangan wibawa akademisnya...
untuk apa ada universitas kalau demikian?

untuk apa kuliah
kalau tak boleh berbicara dan mendengarkan?

untuk apa sekolah
kalau tak boleh berpikir dan berdialektika?

hai, Negara,
apa kausediakan itu sekolah-sekolah
supaya kami cuma jadi Tenaga Kerja cerdas
bagi cukong-cukong itu?

wahai kawan-kawan, mari kita membolos saja!!!
kita sekolah untuk jadi manusia
bukan jadi kerbau yang dicocok hidungnya

Februari-Maret 2015
Padmo Adi

Comments