KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Dia Mau Jadi Belanda

Dia Mau Jadi Belanda

Ka, kenapa kaupakai kebaya?
Bukankah hampir tiap hari 'kau bercelana jeans...
hampir sobek di lutut?
Jawabmu, hendak meneladan sesosok Putri Sejati
harum namanya... .

Gadis Jawa dia
lengkap dengan sanggul dan kebaya
Anak Bupati Jepara
Ningrat Jawa!
Raden Ajeng gelarnya.

Namun, Ka, pernahkah kaubaca suratnya kepada Stella Zeehandelaar?
Tak perlu semua, lima halaman saja... .
Kepada perempuan bule itu dia bicara
dia tak ingin jadi Jawa!
Belenggu semata
Dia ingin jadi Eropa...
jadi Belanda!!!

Dia ingin merdeka, Ka... dari adat Jawa
juga dari suami pilihan orang tua!
Iya, Ka, benar... DIA TAK INGIN MENIKAH!!!
Tapi, dia harus... harus, Ka!
Terpaksa
Sebab, dia berkata,
"Bagi perempuan Islam, tidak kawin adalah dosa."
Tapi dia juga berkata,
"Azab sengsara masih terlalu halus untuk menggambarkan perkawinan!"

Aih... Ka... kiranya 'kau tak pernah membaca surat-suratnya itu...
sebab tentu 'kau akan segera menanggalkan kebayamu, lalu kembali mengenakan hotpants jeans-mu.
Kembali ngeropa...
kembali ngamerika.

Ah, Ka... mengapa tidak kautiru saja Cut Nyak Dien
yang menunggang kuda
atau Martha Christina Tiahahu?!
Mereka jelas-jelas anti-Belanda!
Mereka tidak menyurati nonik Belanda!
Mereka menetak kejantanan para sinyo bule berkulit babi!!!

Ka, idolamu yang berkebaya itu ingin jadi Belanda
bukan Jawa.


Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments