PADA PERSIMPANGAN JALAN

  PADA PERSIMPANGAN JALAN   Jalan di depan berkabut.  Dokumen pribadi . Kita akan berpisah. Tapi, aku senang pernah berjumpa denganmu, mengenalmu, dan melangkah bersamamu... hingga nanti pada persimpangan itu. Kau akan kembali ke asalmu, sementara aku tetap akan di sini, berjaga bersama waktu. Aku tidak pernah punya keberanian untuk berkunjung ke kotamu. Mungkin nanti ketika aku telah selesai di sini. Tapi, apakah nanti akan tiba? Yang jelas, nanti adalah perkara perpisahan. Jadi, selamat jalan.   Malang, 05 Desember 2022 Padmo Adi

Bojoku... Bojoku... Lama Sabakhtani?!


Bojoku... Bojoku... Lama Sabakhtani?!

Bojoku... apa kabar kau di Batavia? Rontokan rambutmu masih ada di dipanku. Segalanya seperti mimpi. Semalam ‘kau ada di sini. Kini aku tidur sendiri. Seekor naga melata ke Barat, membawamu lenyap di balik cakrawala. Mengapa engkau meninggalkan aku?
Bojoku... kalau ‘kau baca ini, mungkin aku sedang mencuci. Kalau kau tak jua kunjung pulang, akan kutunggangi Rajawali besi, untuk menculikmu dari Batavia... Kota Pelacur Tua. Atau, mungkin aku akan pergi ke sana bersama Sultan Hadiwijaya.
Bojoku... pulanglah segera, sebab jika ‘kau baca Kitab Wahyu, malaikat akan segera menghancurkan Kota Pelacur Tua... Batavia. Mari kita bercinta di Yerusalayim abadi. Hanya ada peluk hangat syalom. Ingatkah ‘kau pada sebuah misa di Kaliurang itu? Darah Kristus menghangatkan kita. Kita teguk dari tuwung yang sama.
Bojoku... keinginanku hanya sederhana, berkendara bersamamu ke tempat yang jauh. Tidak... bukan di paroki jor-joran yang doyan membangun gedung itu... bukan di sana. Melainkan di stasi kecil di desa, tempat di mana tak seorang pun mengenali kita, sama seperti Misa Kamis Putih lalu... .

Juli 2016, seminggu sebelum anniversary yang ketujuh,
Padmo Adi

Comments