Bojoku...
Bojoku... Lama Sabakhtani?!
Bojoku... apa kabar kau
di Batavia? Rontokan rambutmu masih ada di dipanku. Segalanya seperti mimpi.
Semalam ‘kau ada di sini. Kini aku tidur sendiri. Seekor naga melata ke Barat, membawamu
lenyap di balik cakrawala. Mengapa engkau meninggalkan aku?
Bojoku... kalau ‘kau
baca ini, mungkin aku sedang mencuci. Kalau kau tak jua kunjung pulang, akan kutunggangi
Rajawali besi, untuk menculikmu dari Batavia... Kota Pelacur Tua. Atau, mungkin
aku akan pergi ke sana bersama Sultan Hadiwijaya.
Bojoku... pulanglah
segera, sebab jika ‘kau baca Kitab Wahyu, malaikat akan segera menghancurkan
Kota Pelacur Tua... Batavia. Mari kita bercinta di Yerusalayim abadi. Hanya ada
peluk hangat syalom. Ingatkah ‘kau
pada sebuah misa di Kaliurang itu? Darah Kristus menghangatkan kita. Kita teguk
dari tuwung yang sama.
Bojoku... keinginanku
hanya sederhana, berkendara bersamamu ke tempat yang jauh. Tidak... bukan di
paroki jor-joran yang doyan membangun gedung itu... bukan di sana. Melainkan di
stasi kecil di desa, tempat di mana tak seorang pun mengenali kita, sama
seperti Misa Kamis Putih lalu... .
Juli 2016, seminggu
sebelum anniversary yang ketujuh,
Padmo Adi
Comments
Post a Comment