TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA

TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA   Seorang lelaki mengenakan kostum Garuda tengah beristirahat dengan sebat. Kepada para lelaki, menangislah jika harus menangis, sebab hidup ini sering kali tragis. Tuang air matamu secukupnya, lalu kemasi dirimu kembali, selesaikanlah hidupmu lagi.   Kehilangan demi kehilangan, kekalahan demi kekalahan, dari satu luka ke luka lain, kita telan kepedihan-kepedihan. Sering kali tak tertahankan. Sering kali menghancurkan.   Letakkan. Lepaskan. Ungkapkan. Tidak semua harus dipanggul! Pilihlah yang berharga. Pilihlah yang bermakna.   Lewat derita kita rangkai kata jadi cerita balada legenda abadi bersama semesta!   Malang, 04 Oktober 2024 Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Orang-orang Kalah


Orang-orang Kalah
*kepada Padma Kuntjara
Mungkin benar katamu,
kita adalah orang-orang kalah.
Kita adalah orang-orang yang gelisah
tetapi takdir membuat kita pasrah.

Idealisakit, katamu.
Aku mulai jarang mendengar jeritanmu
sebagaimana aku pun kini jarang meradang.
Mungkin kita berdua sudah tumpul.
Mungkin kita berdua tidak cukup berani.
Kita ditinggalkan seakan tanpa pilihan.

Orang memang hidup bukan dari roti saja,
melainkan juga dari kata!
Hanya saja, kata tidak pernah mengenyangkan
tetapi semata memberi ketentraman jiwa.
Kita tak pernah punya cukup nyali untuk total di sana!
Kini, kita dapati diri kita membusuk di belakang meja.

Mungkin kaulebih beruntung.
Di atas mejamu, kaumasih bisa bebas membuat rupa.
Sementara aku, di atas mejaku hanya ada excel!
Pelepas dahaga hanyalah ketika menemani darah-darah muda.
Mungkin itu yang bisa membuat aku tetap bermimpi.

Suatu hari nanti kita akan merindukan hidup bohemian,
suatu kemewahan yang tidak bisa dinilai dengan Soekarno-Hatta.
Sebab, di sana kita mereguk pagi yang abadi,
seakan-akan surga telah hadir di bumi.
Kini, kita hanyalah orang kalah.
Mau sampai kapan?
Duapuluh? Tigapuluh tahun lagi?
Sampai kapan?
Beberapa mimpi dengan enggan kukuburkan.
Bapakku, ommu itu, mati belum genap empat lima.

22 Juli 2016
Padmo Adi

Comments