SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

PARA PENCARI TUHAN


PARA PENCARI TUHAN

Tuhan sudah tidak ada lagi di altar.
Tuhan keleleran di jalan.
Tuhan mengamen di perempatan.
Tuhan kena kusta mengemis di lampu merah.
Tuhan adalah sopir truck yang pulang malu, tak pulang rindu.
Tuhan adalah sopir bus AKAP yang ditilang polisi karena ugal-ugalan demi waktu berharga penumpang.
Tuhan adalah penjual tahu goreng di SPBU-SPBU.
Tuhan adalah penjual air mineral di terminal.
Tuhan adalah tukang parkir yang dimaki pengemudi Pajero.
Tuhan adalah suami yang pulang dari Jakarta membawa rindu anak bayinya.
Tuhan yang tersalib, disalib di jalanan basah sehabis hujan semalam.


Jalan Ruwet Duwet, Karangasem, 07 November 2016
Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments

Post a Comment