Bercinta
Bagi Kelas Proletar
Bagi kelas proletar
yang tidak memiliki televisi, tidak memiliki radio, bahkan tidak memiliki handphone yang bisa buat internetan,
bercinta bisa menjadi satu-satunya hiburan yang bisa bikin lupa bahwa ini
tanggal tua.
27 Agustus 2017
@KalongGedhe
***
KOMIDI
PUTAR
Hidup itu seperti
menaiki Komidi Putar tanpa wiyu-wiyu. Supaya gayeng, sebaiknya aku menyuarakan
wiyu-wiyu itu dari mulutku sendiri... semata agar Komidi Putar ini tetap
komidi.
31 Agustus 2017
@KalongGedhe
***
Tuhan
1. Aku tidak tahu (si)apa
Tuhan bagimu. Bagiku, Tuhan itu pelawak yang gak lucu. Jayus. Namanya aja Jayus
Kristus!!!
2. Pernah suatu sore aku
mencari Tuhan di belakang altar. Tapi aku tidak menemukan Tuhan di sana.
Akhirnya, aku pergi ke pasar. Tuhan sedang sakit kusta, telanjang, di sudut
pasar itu. Dia memandangiku. Apa yang Dia mau?
3. Suatu siang kudapati
jalanan macet. Orang-orang berdemo, membawa-bawa Nama Tuhan. Tapi tak kulihat
Tuhan di sana. Ternyata, Tuhan sedang menunggui orang bercinta! “Aku sedang
menciptakan anak manusia!” sabda-Nya.
4. Sering kali kudapati
Tuhan yang diam. Tak sepatah kata pun Dia sabdakan. Biasanya yang cerewet itu
justru para Pengkhotbah... . Cerewet... karena dapat uang dari cerewetnya itu.
Sekali “Tuhan sertamu”, sepuluh juta bisa masuk kantong. Tapi, sering kali
Tuhan itu diam. Tak terperi. Melampaui bahasa. Sebab, bahasa itu tak paripurna.
Petanda apa yang bisa kita berikan kepada Penanda “Tuhan”?
Jalan Ruwet
Duwet, 07 September 2017
@KalongGedhe
Comments
Post a Comment