BULAN KEMERDEKAAN

  BULAN KEMERDEKAAN   麦わらの一味 Dua minggu lalu kita dipanggang matari dengan cinta mengenang kebebasan hormat pada Merah-Putih lambang darah-keringat perjuangan moyang simbol cinta-harapan hidup sejahtera di tanah merdeka, milik kita!   Pada Minggu itu aku saksikan kawan-kawanku berdandan a la pejuang dan pahlawan memainkan kembali kisah perlawanan Lalu bersama bergembira Delapan puluh tahun kita merdeka!   Merdeka? Kamis lalu seorang pemuda tewas dilindas ACAB! Hari ini seorang mahasiswa mati dipersekusi ACAB! Mana Sila Kedua Pancasila?!   Kami bersuara bukan karena benci! Kami hanya ingin Sila Kelima Pancasila terwujud nyata di tanah kita!   Aku tidak akan pernah lagi sudi mengajar Pancasila dan Kewarganegaraan di negeri ini!!!   Biadab-biadab itu adalah monster yang dididik untuk hanya tahu menyiksa, mendera, dan membunuh! Biadab-biadab itu adalah Herder yang dilatih untuk melindungi kepenti...

AFORISME AGUSTUS-SEPTEMBER 2017

Bercinta Bagi Kelas Proletar

Bagi kelas proletar yang tidak memiliki televisi, tidak memiliki radio, bahkan tidak memiliki handphone yang bisa buat internetan, bercinta bisa menjadi satu-satunya hiburan yang bisa bikin lupa bahwa ini tanggal tua.

27 Agustus 2017
@KalongGedhe

***


KOMIDI PUTAR

Hidup itu seperti menaiki Komidi Putar tanpa wiyu-wiyu. Supaya gayeng, sebaiknya aku menyuarakan wiyu-wiyu itu dari mulutku sendiri... semata agar Komidi Putar ini tetap komidi.

31 Agustus 2017
@KalongGedhe

***


 

Tuhan

1. Aku tidak tahu (si)apa Tuhan bagimu. Bagiku, Tuhan itu pelawak yang gak lucu. Jayus. Namanya aja Jayus Kristus!!!

2. Pernah suatu sore aku mencari Tuhan di belakang altar. Tapi aku tidak menemukan Tuhan di sana. Akhirnya, aku pergi ke pasar. Tuhan sedang sakit kusta, telanjang, di sudut pasar itu. Dia memandangiku. Apa yang Dia mau?

3. Suatu siang kudapati jalanan macet. Orang-orang berdemo, membawa-bawa Nama Tuhan. Tapi tak kulihat Tuhan di sana. Ternyata, Tuhan sedang menunggui orang bercinta! “Aku sedang menciptakan anak manusia!” sabda-Nya.

4. Sering kali kudapati Tuhan yang diam. Tak sepatah kata pun Dia sabdakan. Biasanya yang cerewet itu justru para Pengkhotbah... . Cerewet... karena dapat uang dari cerewetnya itu. Sekali “Tuhan sertamu”, sepuluh juta bisa masuk kantong. Tapi, sering kali Tuhan itu diam. Tak terperi. Melampaui bahasa. Sebab, bahasa itu tak paripurna. Petanda apa yang bisa kita berikan kepada Penanda “Tuhan”?

Jalan Ruwet Duwet, 07 September 2017
@KalongGedhe



Comments