TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA

TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA   Seorang lelaki mengenakan kostum Garuda tengah beristirahat dengan sebat. Kepada para lelaki, menangislah jika harus menangis, sebab hidup ini sering kali tragis. Tuang air matamu secukupnya, lalu kemasi dirimu kembali, selesaikanlah hidupmu lagi.   Kehilangan demi kehilangan, kekalahan demi kekalahan, dari satu luka ke luka lain, kita telan kepedihan-kepedihan. Sering kali tak tertahankan. Sering kali menghancurkan.   Letakkan. Lepaskan. Ungkapkan. Tidak semua harus dipanggul! Pilihlah yang berharga. Pilihlah yang bermakna.   Lewat derita kita rangkai kata jadi cerita balada legenda abadi bersama semesta!   Malang, 04 Oktober 2024 Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Kakek Buyutku Seorang Petani


Kakek Buyutku Seorang Petani

Kakek buyutku seorang petani di desa.
Singorejo namanya.
Anak lelaki semata wayangnya merantau ke kota.
Ngadie nama kecil itu anak lelaki.
Tapi, dia tak lagi bertani.
Dia ingin jadi guru.
Sayang, tak kesampaian.
Dia tetap harus beri makan delapan perut kelaparan!
Tapi, dia tak lagi bertani.
Dia cuma jadi sopir taksi.
Hingga suatu malam, di atas Corona itu dia mati.
Salah satu anak lelakinya kini tinggal di Papua.
Di sana dia jadi guru, sembari berternak dan bertani.
Yusniadi, namanya.
Pamanku dia,
yang mengantarku pergi sekolah di TK.
Pintar menggambar dia, dan berkarya seni.
Aku juga gemar berkarya seni.
Tapi, aku tak lagi tega jadi guru.
Tapi, aku tak lagi mampu bertani.

Surakarta, 3 Juli 2018
Padmo Adi

Comments