PADMOSOEDARJO, Sang Pejuang dan Pecinta

PADMOSOEDARJO Sang Pejuang dan Pecinta   Padmosoedarjo muda. Foto koleksi pribadi . Padmosoedarjo, atau yang kupanggil Eyang Daryo, adalah Veteran Perang Kemerdekaan Indonesia. Eyang Daryo berjuang di bawah Ignatius Slamet Rijadi, khususnya pada peristiwa Serangan Umum Surakarta. Anak-anak Lurah Atmowirogo. Padmosoedarjo muda adalah dua dari kiri. Foto dokumen pribadi . Dari kiri ke kanan: Siti Nonijah, Hadrianus Denda Surono, Maria Goretti Purwini, dan Padmosoedarjo. Foto dokumen pribadi . Padmosoedarjo adalah seorang pejuang sekaligus pecinta. Ketika Siti Nonijah, istrinya, mengajukan pilihan sulit, pilih tetap jadi tentara atau pilih dirinya, Eyang Daryo lebih memilih istrinya, kekasih hatinya. Kemudian dia menjalani hidup sederhana di Kauman, Surakarta. Di usia senjanya, dia lebih dikenal sebagai tukang pijat bayi. Antara Thanatos dan Eros, jelas dia memilih Eros. Padmosoedarjo bersama salah seorang anak menantunya dan salah seorang cucunya,  Adita Dyah Padmi Noviati. Fot

TERKEPUNG KATA-KATA

TERKEPUNG KATA-KATA

Semua orang tengah berbicara.
Semua orang tengah bersuara.
Walau cuma seratus empat puluh karakter,
semua ingin jadi yang paling banter

Jika semua mulut terbuka,
menggonggong bersahut-sahutan,
memberondong kata tanpa jeda,
siapa yang akan mendengarkan?

Semua bilang, "Aku yang paling benar."
Semua mengeklaim ngomong soal realita.
Mereka lupa, kebenaran bisa saja samar.
Mereka lupa, kebenaran sesuai sudut mata.

Suara dan kata-kata mengepung dari tiap penjuru.
Satu kalimat tertulis pun bisa bikin pekak telinga.
Bahkan, gambar-foto diperkosa caption yang menggebu.
Penanda-petanda dirampok untuk dijejali petanda lainnya.

Apa yang bisa kita lakukan untuk bereaksi,
di saat banjir kata bikin telinga dan perasaan tuli?
Kita bisa matikan ponsel-televisi lalu tidak peduli!
Buang jauh perangkat yang bawa segala ngeri!

Namun, sering kita butuh hiburan, haus keributan.
Jika noise itu voice, biar mereka saling argumentasi.
Nikmati saja adu bacot itu, kiranya jual beli pukulan.
Sebab, oleh Yang Maya, Realita telah dimodifikasi.

Tirtonadi Surakarta, 18 Oktober 2018
Padmo Adi

Comments