SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

AKU TAK SUDI MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA


AKU TAK SUDI MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA
*kepada Kartika


Aku tak sudi mencintaimu dengan sederhana
sebab aku mencintaimu dengan segenap gelora

Cinta yang tak terucapkan
adalah tangis kekalahan

Aku tak sudi mencintaimu dengan sederhana
sebab aku mencintaimu dengan segenap nyawa

Cinta yang tak tersampaikan
adalah pilu tanpa kemenangan

Aku mencintaimu dengan seluruh gelar Sarjana Sastraku
Aku mencintaimu dengan seluruh gelar Magister Humanioraku

Sebab, mencintai dengan sederhana
hanyalah akal-akalan profesor sastra tua!

Nganjuk, 17 Januari 2020
Padmo Adi

Comments