PADMOSOEDARJO, Sang Pejuang dan Pecinta

PADMOSOEDARJO Sang Pejuang dan Pecinta   Padmosoedarjo muda. Foto koleksi pribadi . Padmosoedarjo, atau yang kupanggil Eyang Daryo, adalah Veteran Perang Kemerdekaan Indonesia. Eyang Daryo berjuang di bawah Ignatius Slamet Rijadi, khususnya pada peristiwa Serangan Umum Surakarta. Anak-anak Lurah Atmowirogo. Padmosoedarjo muda adalah dua dari kiri. Foto dokumen pribadi . Dari kiri ke kanan: Siti Nonijah, Hadrianus Denda Surono, Maria Goretti Purwini, dan Padmosoedarjo. Foto dokumen pribadi . Padmosoedarjo adalah seorang pejuang sekaligus pecinta. Ketika Siti Nonijah, istrinya, mengajukan pilihan sulit, pilih tetap jadi tentara atau pilih dirinya, Eyang Daryo lebih memilih istrinya, kekasih hatinya. Kemudian dia menjalani hidup sederhana di Kauman, Surakarta. Di usia senjanya, dia lebih dikenal sebagai tukang pijat bayi. Antara Thanatos dan Eros, jelas dia memilih Eros. Padmosoedarjo bersama salah seorang anak menantunya dan salah seorang cucunya,  Adita Dyah Padmi Noviati. Fot

TEMPAT ISTIRAHAT (David Campton) - Padmo Adi & Dewi Puji Lestari

TEMPAT ISTIRAHAT (David Campton)
Padmo Adi & Dewi Puji Lestari



Padmo Adi dan Dewi Puji Lestari melakukan dramatik reading yang disiarkan langsung secara live instagram pada hari Sabtu, 20 Juni 2020, pk 20.00.

Naskah yang dibawakan berjudul Tempat Istirahat, karya David Campton.

Pentas ini merupakan wujud pencarian kemungkinan-kemungkinan baru suatu pentas teater, terutama ketika kita tidak boleh bertemu fisik oleh karena wabah covid-19. Dewi ada di Jawa Timur sementara Padmo Adi ada di Jawa Tengah; pentas bersama meretas jarak kurang-lebih 300km.

Tentu ada kendala basic di sana: sinyal internet di Indonesia yang sungguh sangat petewele... hahaha... . Bisa jadi kami salah pilih hari; kami pentas di Malam Minggu, hari di mana bisa jadi ribuan pasang kekasih sedang dimabuk asmara meluapkan kerinduan mereka lewat internet... fufufu... .

Namun demikian, pentas kali ini membuat kami menyadari akan kemungkinan-kemungkinan pentas tanpa pertemuan fisik. Salah satu kemungkinannya adalah mendaur ulang bentuk drama lawas yang mungkin sudah ditinggalkan: drama radio. Apakah akan hadir drama podcast? Drama youtube? Atau drama instagram? Atau malah drama soundcloud? Kemungkinan itu terbuka lebar.

Yang jelas, teater adalah sesuatu yang dinamis, sebab yang menghidupinya adalah manusia yang selalu menjadi, sama seperti kata Sartre: l'etre-pour-soi... Ada-bagi-dirinya.

Terima kasih kepada Ivan "Tapir" Dhimas dari Malam Sastra Solo (MaSastrO). Terima kasih pula kepada keluarga besar Gesang "Brogess" Yoedhoko. Dan, terima kasih kepada para "hadirin" yang telah menyaksikan pertunjukan kami.

Salam.

Comments