SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

PESAN UNTUK SURAKARTA

 PESAN UNTUK SURAKARTA

 

Kleca, batas barat Surakarta
Dokumen pribadi

Melihatmu dari kejauhan.
Maaf, aku tidak mudik lagi tahun ini... Surakarta.
Untuk kebaikan kita bersama.
Sampai jumpa tahun depan;
semoga wabah ini segera sirna.
Tetaplah hidup... tetaplah bertahan.
Aku mencintaimu.
Jagalah Komplang, Nusukan, dan Tirtonadi untukku;
ke sanalah aku suatu hari nanti menuju,
ketika rindu menggebu.
Dan Pasar Gedhe serta Kampung Sewu... abadilah kuahmu!!!

 

09 Mei 2021

Padmo Adi

Comments