TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA

TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA   Seorang lelaki mengenakan kostum Garuda tengah beristirahat dengan sebat. Kepada para lelaki, menangislah jika harus menangis, sebab hidup ini sering kali tragis. Tuang air matamu secukupnya, lalu kemasi dirimu kembali, selesaikanlah hidupmu lagi.   Kehilangan demi kehilangan, kekalahan demi kekalahan, dari satu luka ke luka lain, kita telan kepedihan-kepedihan. Sering kali tak tertahankan. Sering kali menghancurkan.   Letakkan. Lepaskan. Ungkapkan. Tidak semua harus dipanggul! Pilihlah yang berharga. Pilihlah yang bermakna.   Lewat derita kita rangkai kata jadi cerita balada legenda abadi bersama semesta!   Malang, 04 Oktober 2024 Padmo “Kalong Gedhe” Adi

KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

 KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

 


Pada suatu malam Sang Hyang bersabda,

“Pergilah ke Timur,

ke tanah yang Kujanjikan

keluarlah dari kota ayahmu

pergilah dari kota kakek moyangmu

seperti halnya Isyana boyongan

begitulah kamu akan mengenang

moyangmu yang di Medang.”

 

Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang,

sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang.

Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika

yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa.

Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi,

ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah!

Bapak sendiri adalah pegawai negeri,

guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.

 

Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa

Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta

Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami?!

Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?

 

Belum genap semua terjawab,

empat kali bumi kelilingi matahari!

Pun baru purna enam purnama,

saat aku tetirah di timur Singhasari,

oh, aku harus beranjak lagi...

mengangsu lagi, menimba lagi!

Namun, ini waktu

aku tak boleh balik ke sumur Ayodya

yang airnya bagai susu payudara Ibu!

Mataram hijau... Mataram biru... .

 

Dhuh, Sang Akarya Jagad,

                ke mana Kaukehendaki aku pergi?

Haruskah aku berlari ke Barat

berdiri di Piazza San Pietro

lalu berbisik...

“Nelle tue mani

rimetto lo spirito mio”?!

Sementara ragaku telah dimiliki negeri ini.

 

Singosari, 10 Oktober 2023

Padmo Adi

Foto Piazza San Pietro, oleh-oleh dari Tengsoe Tjahjono


Comments