SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

ALLAH SUDAH MATI

ALLAH SUDAH MATI
(Untuk menghormati sekaligus mengecam mendiang Friedrich Nietzsche!!!)

Aku mencari Allah... .
Di mana Allah? Di mana Allah?

Aku beri tahu
Allah sudah mati
Kita sudah membunuh-Nya
Kita... aku dan engkau

Bagaimana kita membunuh-Nya?
Kita mencincang-Nya
Menyesah-Nya
Menguliti-Nya
Kita menepikan-Nya dari kehidupan kita
Kita menihilkan-Nya

Tanpa Allah
kita akan bebas
tidak ada lagi peraturan
yang membelenggu

Tapi kita akan kebingungan
Apa yang harus kita perbuat
dalam kebebasan absolut itu?

Segalanya akan sia-sia
Sia-sia...
tanpa makna
sebab kita pun akan mati pula

Sssssst... .
Hey... ada suara...
warta berita...

Hey... Allah hidup lagi
Allah telah bangkit!!!
Kita bukan lagi pembunuh
Sebab yang kita bunuh
telah bangkit hidup lagi

Lalu... apa artinya ini
bagiku... bagimu... bagi kita?

Aku tak menemukan Allah di sini
Karena Allah memang tak lagi mati di sini
Allah telah bangkit di suatu tempat
Aku harus segera pergi
mencari Allah
di tempat lain
tidak di sini

Allah...
Allah...
di mana Allah?

Jogja, 08 April 2009 (Prapaska)
Jean-Paul Padmo (Kalong Gedhe)

Comments

  1. Eits... jangan salah sangka dulu ya... . Hanya menelaah filsafat Nietzsche secara puitis sekaligus mengkritisinya. Terima kasih ;)

    ReplyDelete
  2. nek jeru-jeru lehku mikir isa stress tepan aku..haha :))

    ReplyDelete

Post a Comment