KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

UNTUK ANAK KAMI

UNTUK ANAK KAMI

Nak, sekarang tanggal 14 Desember 2012
dua hari sejak fenomena 12-12-'12
Namun, engkau memilih lahir hari ini
bukan tepat pada tanggal fenomenal itu

Kemarin lusa banyak orang tua memaksa kehendaknya
agar anak mereka lahir tepat pada tanggal langka itu
Aku sendiri tak mampu membayangkan...
mungkin diurut...
atau mungkin dibedah rahimnya...

Lalu, kau tahu, Nak...
teman-temanmu yang masih merah
dan belum siap lahir itu
dimasukkan inkubator
sebagai ganti hangat rahim ibu
Sebuah harga yang dibayar
untuk lahir pada tanggal istimewa

Suatu hari nanti mereka mungkin akan bangga
dan kau pun akan bertanya-tanya,
mengapa kamu lahir dua hari setelahnya?
Apakah kami tak memiliki cukup uang
untuk sekadar membedah perut ibumu
dan mengangkatmu yang masih merah
untuk dimasukkan ke inkubator itu?
Tidak, Nak... kami memiliki cukup uang...

Lalu, mungkin kau pun akan bertanya
dari satu mengapa ke mengapa yang lain
sekadar untuk mendapat jawaban
mengapa kamu lahir dua hari setelahnya...

Nak...
memang engkau adalah darah daging kami
buah cinta kami
setelah manunggal jiwa-raga...
tapi kau bukan properti kami...
kau adalah pribadi
dan sebagai pribadi, engkau bebas
Kami tak ingin memaksakan kehendak
Kami biarkan alam mengambil bagiannya
biarlah engkau memilih kapan kau akan lahir
sebab, engkau lahir sebagai seorang merdeka

Anak kami...
selamat datang di dunia ini.

*untuk anak-anak yang lahir pada hari ini
Surakarta, 14 Desember 2012
Padmo Adi


Comments