TAK LAGI DEKAT MEZBAH ALLAH

TAK LAGI DEKAT MEZBAH ALLAH   Tubuh Tuhan dikonsekrasikan. Dokumen Pasukan Komsos Singosari. Sebenarnya aku ini terlanjur ajur remuk dan terkutuk Bayang maut yang merenggut menjelma jadi takut   Bapak tidak genap empat lima   Kupunguti pecahan diriku yang berserakan di jalanan Aku tak nemu kedamaian di dalam gereja Tuhan   Lucunya, belasan tahun silam rasa yang sama pernah melanda Namun, kini aku lebih bisa nerima   Kubawa puing-puing itu dan kurangkai laksana kain perca   Mungkin ada baiknya aku tak lagi dekat mezbah Allah Tempatku jelas bukan sekitar altar Tempatku tidak di atas mimbar Tempatku ada di belakang layar di sudut sujud, penuh kemelut   Dosa-dosa kuhitung Doa-doa membubung   Ah... biarlah aku mengabadikan kejadian keajaiban Tubuh dan Darah Tuhan dikonsekrasikan   Aku rindu makan Daging Tuhan! dan minum Darah-Nya!   Sungguh aku tak layak Tuhan...

Sebelum Bangun Matahari

Sebelum Bangun Matahari

Mereka telah berbegas jauh sebelum bangun matahari
Mengecup kening anak mereka yang masih terlelap
Lalu berpacu mengejar waktu yang tak sudi berhenti
Dan kembali sekali lagi melewatkan indahnya pagi

Mereka berlari pada jalan empat lajur ke timur
Saling himpit, saling sikut, saling rebut
Tidak ada waktu untuk memelankan laju
Segalanya berpacu dalam irama yang tergesa

Mereka berlari menyongsong matahari pagi
Tiada hari esok, tiada kemarin, yang ada saat ini
Makan atau di makan, menyikut atau disikut
Tanpa harapan, jadi tua di jalan, demi nasi hari ini

Ke Jakarta, Pelacur Tua itu, mereka berpacu
Mereka dikondisikan untuk saling membunuh
Dan, ketika senja tiba dan mentari hendak berlalu
Berdesak-desakan pula mereka pulang berlabuh

Malam telah meraja, matahari telah tiada, bulan anggun di sana
Peluh masih memenuhi tubuh mereka, tapi uang tak seberapa
Membuka kunci, membuka gerbang, mereka masuk peraduan
Lalu mengecup kening anak mereka yang terlelap duluan

*untuk mereka yang mencari sesuap nasi di Jakarta
Jog-jakarta, 15 Agustus 2013

Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Comments