Sebelum
Bangun Matahari
Mereka telah berbegas
jauh sebelum bangun matahari
Mengecup kening anak
mereka yang masih terlelap
Lalu berpacu mengejar
waktu yang tak sudi berhenti
Dan kembali sekali lagi
melewatkan indahnya pagi
Mereka berlari pada
jalan empat lajur ke timur
Saling himpit, saling
sikut, saling rebut
Tidak ada waktu untuk
memelankan laju
Segalanya berpacu dalam
irama yang tergesa
Mereka berlari
menyongsong matahari pagi
Tiada hari esok, tiada
kemarin, yang ada saat ini
Makan atau di makan,
menyikut atau disikut
Tanpa harapan, jadi tua
di jalan, demi nasi hari ini
Ke Jakarta, Pelacur Tua
itu, mereka berpacu
Mereka dikondisikan
untuk saling membunuh
Dan, ketika senja tiba
dan mentari hendak berlalu
Berdesak-desakan pula
mereka pulang berlabuh
Malam telah meraja,
matahari telah tiada, bulan anggun di sana
Peluh masih memenuhi
tubuh mereka, tapi uang tak seberapa
Membuka kunci, membuka
gerbang, mereka masuk peraduan
Lalu mengecup kening
anak mereka yang terlelap duluan
*untuk mereka
yang mencari sesuap nasi di Jakarta
Jog-jakarta, 15
Agustus 2013
Padmo “Kalong
Gedhe” Adi
Comments
Post a Comment