PADA PERSIMPANGAN JALAN

  PADA PERSIMPANGAN JALAN   Jalan di depan berkabut.  Dokumen pribadi . Kita akan berpisah. Tapi, aku senang pernah berjumpa denganmu, mengenalmu, dan melangkah bersamamu... hingga nanti pada persimpangan itu. Kau akan kembali ke asalmu, sementara aku tetap akan di sini, berjaga bersama waktu. Aku tidak pernah punya keberanian untuk berkunjung ke kotamu. Mungkin nanti ketika aku telah selesai di sini. Tapi, apakah nanti akan tiba? Yang jelas, nanti adalah perkara perpisahan. Jadi, selamat jalan.   Malang, 05 Desember 2022 Padmo Adi

Sebelum Bangun Matahari

Sebelum Bangun Matahari

Mereka telah berbegas jauh sebelum bangun matahari
Mengecup kening anak mereka yang masih terlelap
Lalu berpacu mengejar waktu yang tak sudi berhenti
Dan kembali sekali lagi melewatkan indahnya pagi

Mereka berlari pada jalan empat lajur ke timur
Saling himpit, saling sikut, saling rebut
Tidak ada waktu untuk memelankan laju
Segalanya berpacu dalam irama yang tergesa

Mereka berlari menyongsong matahari pagi
Tiada hari esok, tiada kemarin, yang ada saat ini
Makan atau di makan, menyikut atau disikut
Tanpa harapan, jadi tua di jalan, demi nasi hari ini

Ke Jakarta, Pelacur Tua itu, mereka berpacu
Mereka dikondisikan untuk saling membunuh
Dan, ketika senja tiba dan mentari hendak berlalu
Berdesak-desakan pula mereka pulang berlabuh

Malam telah meraja, matahari telah tiada, bulan anggun di sana
Peluh masih memenuhi tubuh mereka, tapi uang tak seberapa
Membuka kunci, membuka gerbang, mereka masuk peraduan
Lalu mengecup kening anak mereka yang terlelap duluan

*untuk mereka yang mencari sesuap nasi di Jakarta
Jog-jakarta, 15 Agustus 2013

Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Comments