TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA

TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA   Seorang lelaki mengenakan kostum Garuda tengah beristirahat dengan sebat. Kepada para lelaki, menangislah jika harus menangis, sebab hidup ini sering kali tragis. Tuang air matamu secukupnya, lalu kemasi dirimu kembali, selesaikanlah hidupmu lagi.   Kehilangan demi kehilangan, kekalahan demi kekalahan, dari satu luka ke luka lain, kita telan kepedihan-kepedihan. Sering kali tak tertahankan. Sering kali menghancurkan.   Letakkan. Lepaskan. Ungkapkan. Tidak semua harus dipanggul! Pilihlah yang berharga. Pilihlah yang bermakna.   Lewat derita kita rangkai kata jadi cerita balada legenda abadi bersama semesta!   Malang, 04 Oktober 2024 Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Sayang, Kamu Tidak Keberatan, ‘Kan?

Sayang, Kamu Tidak Keberatan, ‘Kan?

Kamu tahu, Sayang?
Setiap malam hampir dini hari
ketika aku melembur menulis puisi
aku kelaparan.
Namun, tidak ada yang bisa kumakan
kecuali nasi telur di burjo itu.
Tidak ada pilihan.
Dan, kamu tahu, Sayang?
Setiap kali aku memesan telur yang digoreng
yang kupesan adalah telur ceplok mata sapi setengah matang.
Jadi, setiap kali aku makan, mata itu akan menatapku...
dan setiap kali aku mengirisnya,
cairan kuning itu akan mendelewer.
Itulah tatapan orang-orang yang tanahnya direnggut
demi minyak untuk menggoreng telurku itu tadi.
Itulah darah mendelewer orang-orang yang tanahnya direnggut
demi minyak untuk menggoreng telurku itu tadi.
Kamu tidak keberatan, ‘kan, Sayang,
punya kekasih seorang pembunuh?

tepi Jakal, 08 Januari 2014
Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments