TAK LAGI DEKAT MEZBAH ALLAH

TAK LAGI DEKAT MEZBAH ALLAH   Tubuh Tuhan dikonsekrasikan. Dokumen Pasukan Komsos Singosari. Sebenarnya aku ini terlanjur ajur remuk dan terkutuk Bayang maut yang merenggut menjelma jadi takut   Bapak tidak genap empat lima   Kupunguti pecahan diriku yang berserakan di jalanan Aku tak nemu kedamaian di dalam gereja Tuhan   Lucunya, belasan tahun silam rasa yang sama pernah melanda Namun, kini aku lebih bisa nerima   Kubawa puing-puing itu dan kurangkai laksana kain perca   Mungkin ada baiknya aku tak lagi dekat mezbah Allah Tempatku jelas bukan sekitar altar Tempatku tidak di atas mimbar Tempatku ada di belakang layar di sudut sujud, penuh kemelut   Dosa-dosa kuhitung Doa-doa membubung   Ah... biarlah aku mengabadikan kejadian keajaiban Tubuh dan Darah Tuhan dikonsekrasikan   Aku rindu makan Daging Tuhan! dan minum Darah-Nya!   Sungguh aku tak layak Tuhan...

Sayang, Kamu Tidak Keberatan, ‘Kan?

Sayang, Kamu Tidak Keberatan, ‘Kan?

Kamu tahu, Sayang?
Setiap malam hampir dini hari
ketika aku melembur menulis puisi
aku kelaparan.
Namun, tidak ada yang bisa kumakan
kecuali nasi telur di burjo itu.
Tidak ada pilihan.
Dan, kamu tahu, Sayang?
Setiap kali aku memesan telur yang digoreng
yang kupesan adalah telur ceplok mata sapi setengah matang.
Jadi, setiap kali aku makan, mata itu akan menatapku...
dan setiap kali aku mengirisnya,
cairan kuning itu akan mendelewer.
Itulah tatapan orang-orang yang tanahnya direnggut
demi minyak untuk menggoreng telurku itu tadi.
Itulah darah mendelewer orang-orang yang tanahnya direnggut
demi minyak untuk menggoreng telurku itu tadi.
Kamu tidak keberatan, ‘kan, Sayang,
punya kekasih seorang pembunuh?

tepi Jakal, 08 Januari 2014
Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments