Mitos adalah Bahasa
Curian (stolen language) dan Termasuk
Sistem Tanda Ganda (duplex)*
Bahasa Curian
Mitos merupakan bahasa
curian sebab mitos selalu mencuri tanda lain untuk dijadikan penandanya
sendiri. Tanda lain yang ada diserobot untuk dijadikan penanda mitos. Biasanya
tanda yang dicuri itu memiliki kekuatan, kepastian, kenyataan, dan kebenaran
historis. Tanda yang dicuri oleh mitos itu sudah tak terbantahkan kebenarannya
(secara historis), sudah menjadi common
sense, atau sudah menjadi adat tradisi. Pada umumnya, tanda yang sering
kali dicuri/diserobot oleh mitos itu adalah tanda yang sudah menjadi simbol
sebab simbol sudah tidak perlu ditafsirkan lagi. Mitos adalah penanda yang memanipulasi
tanda pada tingkat pertama, jadi tanda pada tingkat pertama itu selalu terancam
untuk dijadikan penanda oleh (pembuat) mitos. Makna pada sistem tanda tingkat
pertama diserobot/dirampok oleh mitos untuk dijadikan penanda baru.
Tanda Ganda (Duplex)
Mitos merupakan sistem
tanda ganda sebab mitos merupakan sistem tanda yang sebelumnya telah terlebih
dahulu merampok sistem tanda bahasa. Jadi, ada dua sistem tanda yang bekerja di
dalam mitos. Sistem tanda pertama adalah sistem tanda bahasa, sedangkan sistem
tanda kedua adalah sistem tanda mitos. Pada sistem tanda tingkat pertama,
dipakai istilah penanda (signifier),
petanda (signified), dan tanda (sign); sedangkan di dalam sistem tanda
tingkat kedua (mitos) Barthes menggunakan istilah form, concept, dan signification. Form sejajar dengan ‘penanda’, concept
sejajar dengan ‘petanda’, dan signification
sejajar dengan ‘tanda’. Cara kerja sistem tanda tingkat kedua (mitos) ini
sama/mirip dengan cara kerja sistem tanda tingkat pertama (bahasa), akan tetapi
tidak semua prinsip yang berlaku pada sistem tanda tingkat pertama berlaku pula
pada sistem tanda tingkat kedua. Itulah sebabnya Barthes menggunakan istilah
yang berbeda untuk sistem tanda mitos ini.
Inilah cara kerja
sistem mitos sebagai tanda ganda. Tanda di dalam sistem tanda tingkat pertama
diambil alih (taken over) menjadi form (sejajar dengan ‘penanda’).
Sedangkan concept (sejajar dengan
‘petanda’) diciptakan atau direkayasa oleh pembuat/pengguna
mitos.
Kebenaran/pengetahuan
sejarah itu penting di dalam mengartikan sebuah mitos sebab sistem tanda mitos
bekerja secara bertingkat-tingkat. Bahkan, sebuah signification di dalam suatu sistem mitos itu pun dapat diambil
menjadi concept (‘penanda’) baru oleh
sistem mitos yang lain.
Contoh:
1.) Santo Yosef sebagai
teladan lelaki yang tulus.
Pada sistem tanda
tingkat I
Penanda I: Kisah Yusuf
yang tetap menikahi Maria, tunangannya, yang hamil di luar nikah, walaupun
bukan Yusuf yang menghamilinya.
Petanda I: Imaji
seorang lelaki Yahudi yang suci dari desa Galilea yang tetap menikahi
tunangannya, yang hamil di luar nikah, walau bukan dia yang menghamilinya,
sebagai tanda ketulusan cinta.
Tanda I: Totalitas
kisah tentang ketulusan hati seorang Yusuf yang kudus (sanctus).
Tanda I (ketulusan hati
seorang Yusuf) dirampok oleh mitos, dijadikan penanda II. Misalnya, ketika
seorang pastor berkhotbah tentang ketulusan, kemudian dia mengutib kisah Yusuf
ini, dan begitu saja menggunakannya sebagai contoh ketulusan hati umat beriman
dan layak untuk diteladani, tanpa terlebih dahulu menjelaskan atau mengantarkan
umat berimajinasi tentang pergulatan batin seorang Yusuf historis.
Pada sistem tanda
tingkat II (sistem mitos)
Penanda II (form): Totalitas kisah tentang ketulusan
hati seorang Yusuf yang kudus (sanctus).
Petanda II (concept): Sosok yang ketulusannya layak
diteladani.
Tanda II (signification): Santo Yusuf begitu tulus
mencintai Maria dan taat pada perintah Allah sehingga pantas untuk diteladani
oleh umat Kristiani. Ketulusan Yusuf itu sudah taken for granted, sehingga umat beriman tinggal meneladaninya
begitu saja.
2.) Gambar Karl Marx
dengan dandanan a la Santa Klaus.
|
Karl “Santa Klaus” Marx |
Pada sistem tanda
tingkat I
Penanda I: Foto Karl
Marx yang diedit (photoshop) dengan
baju merah dan topi natal merah.
Petanda I: Karl Marx mengenakan
baju merah dan topi natal merah.
Tanda I: Kesatuan
antara foto Karl Marx dengan editan baju merah dan topi natal merah.
Pada sistem tanda
tingkat II (mitos)
Penanda II (form): Kesatuan antara foto Karl Marx
dengan editan baju merah dan topi natal merah.
Petanda II (concept): Kemiripan antara Karl
Marx yang berbaju merah dan bertopi natal merah dengan sosok lelaki tua gemuk
berjenggot, berbusana merah dan bertopi natal merah, yang dikenal dengan nama
“Santa Klaus”. Karl Marx didaulat menjadi Santa Klaus!
Tanda II (signification): Karl Marx --Bapak kaum
sosialis, (neo-/post-)marxis, dan komunis tersebut-- didaulat menjadi seorang
“Santa Klaus” bagi kaum kiri. Karl Marx yang menjadi “Santa Klaus” ini
sekaligus juga dipakai untuk mengkritik perayaan/pesta Natal bersama para
“Santa Klaus” yang penuh dengan suasana foya-foya, konsumeristis, dan yang hanyut
di dalam rayuan sistem kapitalisme global.
Tentu mereka yang tidak
dekat dengan wacana Marxisme, tidak mengerti mitos seorang lelaki tua
berjenggot-berbusana merah-bertopi merah-dan selalu membagi-bagikan bingkisan
di Hari Natal yang dipanggil Santa Klaus itu, serta tidak menyadari sistem
kapitalisme global susah untuk memahami mitos Karl “Santa Klaus” Marx tersebut
di atas. Orang harus punya pengetahuan mengenai seseorang yang disebut “Santa
Klaus”, apa yang dikenakannya, dan apa yang dilakukannya ketika Natal tiba.
Orang juga harus punya pengetahuan akan kebiasaan (adat istiadat) masyarakat
dalam merayakan/berpesta Natal. Selain itu, orang juga harus paham tentang
wacana Marxisme, selain juga tahu wajah Karl Marx. Tanda itulah yang dicuri
oleh mitos (gambar Karl “Santa Klaus” Marx) sehingga melahirkan mitos
tandingan.
Selain itu, kita juga
bisa melihat di sana, bahwa mitos Santa Klaus (yang identik dengan sosok lelaki
tua, gendut, dan berjenggot, serta mengenakan busana merah dan topi natal merah
-- sehingga lelaki manapun yang mengenakan busana merah serta topi merah dan
berjenggot putih, walaupun palsu, dengan mudah diidentifikasi sebagai Santa
Klaus) itu dicuri/direnggut dan dijadikan penanda oleh sistem tanda mitos Karl
“Santa Klaus” Marx tersebut.
*Tulisan ini pada mulanya adalah jawaban ujian akhir Mata Kuliah Kajian Budaya yang diolah dari buku catatan kuliah dan reader (St. Sunardi dan A. Supratiknya) oleh Padmo Adi.
Comments
Post a Comment