MUG YANG KAUDESAIN DENGAN GAMBAR WAJAHKU

MUG YANG KAUDESAIN DENGAN GAMBAR WAJAHKU * kepada @miki_osanai ( 小山内 美喜 )     Lihatlah, Miki... mug yang kaudesain dengan gambar wajahku telah berisi burakku kohi ! Hidup nambah sehari   Apa yang buat orang terus bertahan tetap hidup walau tanpa makna dan nampak sia-sia? Lihat, Shinigami di malam hari terlihat lebih memesona   Bagaimana aku bisa mengajarkan cara berkata ya pada hidup pada semesta raya dengan segenap gairah, tawa, dan air mata, yang disuling jadi aforisma?   Hidup manusia palingan cuma delapan puluh keliling bumi putari matahari selebihnya sunyi hingga tinggal jagad raya menguap sendiri atau koyak-moyak atau balik mampat untuk kemudian mendentum lagi   Kita cukup beruntung boleh mengada pada ruang-waktu lalu berpuisi ada yang menyanyi ada yang menari ada pula melukis sepi tapi jangan mati jangan dulu mati sebelum delapan puluh kali bumi kelilingi matahari atau kala sel-sel

PANCASILA SEBAGAI PHILOSOPHISCHE GRONSLAG (WELTANSCHAUUNG)

PANCASILA SEBAGAI PHILOSOPHISCHE GRONSLAG (WELTANSCHAUUNG)
-Padmo Adi-

Soekarno secara eksplisit di dalam pidato 1 Juni 1945 menyebut Pancasila sebagai Philosophische Grondslag, sebab memang Pancasila dirumuskan untuk menjadi pandangan hidup dasariah atau dasar filosofis dari Negara Indonesia Merdeka. Di atas fundamen Pancasila inilah didirikan Negara Indonesia “merdeka dan kekal abadi”. Jerman punya Nazisme, USSR punya Marxisme-Komunisme, Saudi Arabia punya Islam-wahabisme, Jepang punya Tenno Koodoo Seishin, Republik Tiongkok punya San Min Chu I, Indonesia merdeka punya apa? Indonesia punya Pancasila.

Bukan hanya sebagai dasar filosofis Indonesia Merdeka, Pancasila adalah Dasar Negara:
a.       dasar berdiri dan tegaknya negara
b.      dasar kegiatan penyelenggaraan negara
c.       dasar partisipasi warga negara
d.      dasar pergaulan antara warga negara
e.       dasar dan sumber dari segala sumber hukum nasional

Sebagai Philosophische Grondslag atau Weltanschauung, Pancasila akhirnya menjadi ideologi nasional Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila memuat gagasan tentang bagaimana seharusnya Bangsa Indonesia mengelola kehidupannya. Walaupun demikian, Pancasila bukanlah merupakan suatu ideologi yang tertutup. Setiap ideologi tertutup selalu bersifat totaliter. Rumusan-rumusan Pancasila tidak langsung operasional sebagaimana ideologi totaliter, sehingga Pancasila selalu memerlukan penafsiran ulang sesuai perkembangan zaman.

Soekarno pernah berkata, “Tidak ada satu Weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak ada perjuangan!”

(Floriberta Aning (ed.), 2006, Pidato Soekarno 1 Juni 1945, dalam buku Lahirnya Pancasila, Kumpulan Pidato BPUPKI, Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo, 116, 126-130)
(Bambang Suteng Sulasmono, 2015, Dasar Negara Pancasila, Yogyakarta: Kanisius, 68-73)
(Baskara T. Wardaya, SJ., 2009, Bung Karno Menggugat!: Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S, edisi revisi, Yogyakarta: Galangpress, 194)

Comments