MALAM DI SEBUAH TERMINAL

MALAM DI SEBUAH TERMINAL Seorang pengamen bernyanyi di dalam sebuah bus antarkota. Dokumen pribadi. Bus AKAP diam menggeram nunggu penumpang terburu mereka dikejar malam hari kadung jadi lesu Naik seorang perempuan padanya ada ukulele menyanyikan tembang kenangan harga dirinya timbang nglonthe Setelah turun itu perempuan naik lelaki berjualan tahu kepada penumpang dia tawarkan dia bilang tahunya tahu baru Lalu naik juga aki tua Ngaji baca ayat satu dua Tak lupa juga mengucap doa Lalu minta duit imbal surga Bus AKAP lari arungi malam membawa kenangan dan harapan disaksikan purnama yang diam Hidup tetap harus dilanjutkan Surabaya, 08 Oktober 2025 Padmo Adi

Kepada Adam dan Adama

Kepada Adam dan Adama

Siapakah manusia di hadapan semesta?
Apakah manusia di hadirat alam raya?
Makhluk keras kepala dan congkak semata
yang mengira dapat menguasai segalanya.

Kita adalah makhluk kesepian,
yang tinggal pada sebuah planet mungil,
yang ada di tengah-tengah suatu tata surya,
yang mengarungi pinggiran lengan Bima Sakti.

Bantala ini adalah satu-satunya rumah kita.
Hidup mati, kita arungi semesta bersamanya.
Namun, malah terus saja pertiwi kita sakiti,
sembari putus asa mencari pengganti bumi.

Ketika pohon terakhir mati,
kepada siapa kita akan berteduh?
Ketika sawah tak lagi tumbuh padi,
apakah kita takkan pernah mengeluh?

Ibu bumi telah memberi kemurahan,
tapi kita ini hewan yang lupa bersyukur.
Kita begitu mabuk akan sabda Tuhan,
“... penuhilah bumi, dan kuasailah itu!”

Malang, 13 November 2019
Padmo Adi

Comments