TAK LAGI DEKAT MEZBAH ALLAH

TAK LAGI DEKAT MEZBAH ALLAH   Tubuh Tuhan dikonsekrasikan. Dokumen Pasukan Komsos Singosari. Sebenarnya aku ini terlanjur ajur remuk dan terkutuk Bayang maut yang merenggut menjelma jadi takut   Bapak tidak genap empat lima   Kupunguti pecahan diriku yang berserakan di jalanan Aku tak nemu kedamaian di dalam gereja Tuhan   Lucunya, belasan tahun silam rasa yang sama pernah melanda Namun, kini aku lebih bisa nerima   Kubawa puing-puing itu dan kurangkai laksana kain perca   Mungkin ada baiknya aku tak lagi dekat mezbah Allah Tempatku jelas bukan sekitar altar Tempatku tidak di atas mimbar Tempatku ada di belakang layar di sudut sujud, penuh kemelut   Dosa-dosa kuhitung Doa-doa membubung   Ah... biarlah aku mengabadikan kejadian keajaiban Tubuh dan Darah Tuhan dikonsekrasikan   Aku rindu makan Daging Tuhan! dan minum Darah-Nya!   Sungguh aku tak layak Tuhan...

SEBAB KITA MAKAN ANAK DOMBA YANG SAMA

SEBAB KITA MAKAN ANAK DOMBA YANG SAMA
*kepada Prativi, Karna, dan Sena

Dua bocah lelaki menetek dalam dekapan ibu
tanpa bapa.
Sebab lelaki yang mereka panggil bapa
hampir tidak pernah ada di sana.
Tiga ratus kilometer membentang
hutan lembah gunung menjulang
memisahkan mereka.

Lelaki itu dulu pergi bertapa
mencari bapanya yang telah tiada.
Di kaki Merbabu dia melihat cahaya,
memancar dari seekor yuyu, lalu bercinta.
Dari rahim yuyu itu lahirlah dua bocah lanang,
yang satu methakil seperti Hanuman
yang satu sumega seperti Werkudara.
Namun, mereka tak bisa bersama-sama.
Si lelaki harus menjalani dharmanya,
bersama Sastra Legawa dia berjalan ke Timur,
menembus hutan
menapaki lembah
melompati gunung
hingga tibalah dia di Negeri Ibu segala Raja Jawa.

Dalam lindungan ibunya, Mataram Merah
yuyu dan dua bocah lelaki itu dititipkan.
Jarak berubah menjadi kerinduan,
rindu berubah menjadi puisi,
puisi berubah menjadi doa.
Lelaki itu pergi ke Rumah Bapa,
yang rongganya seperti garba ibunya.
Di sanalah upacara pengorbanan Anak Domba.
Tubuh-Nya dipecah-pecahkan lalu dibagi.
Si lelaki memakannya, penuh kerinduan.

[...] yang rongganya seperti garba ibunya. Dokumen pribadi.

“Istriku, anak-anakku...
jika kalian rindukan aku,
makanlah daging Anak Domba,
maka kita akan bersatu,
sebab kita makan Anak Domba yang sama,
di bumi seperti di dalam surga.”

Malang, 10 November 2019
Padmo Adi

Comments