KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Sebotol Tuhan

Sebotol Tuhan

Sebotol bir kutenggak hingga tergeletak
Namun, hati tak pernah berhenti mencari
Sebotol bir kutenggak hingga hampir tersedak
Namun, hati tak pernah berhenti bertanya

Berbotol-botol bir menemaniku mengarungi samudera sepi
tiada mampu menandingi
tiada mampu menyamai
Sebotol Tuhan yang kucuri di dalam sunyi

Sebotol Tuhan kurindu
Sebotol Tuhan kucandu
beri saja aku satu
penghilang ngilu penghalau sendu

Tuhan,
izinkan aku merayakan Natal
walau harus berdiri jauh dari altar
izinkan aku menikmati Natal
walau harus berdiri sendiri di latar

Jangan beri aku bom di malam Natal
Mari kita bersulang sebotol Tuhan yang kental

Tepi Jakal, 17 Desember 2010
Kalong Gedhe

Comments

  1. Suka dengan kritisnya. Cuma sayang paradigma bir sebagai bahan mabuk masih kental.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih :)

    Kemabukan oleh bir (atau minuman keras lain) saya pakai sebagai metafora kemabukan kita pada sesuatu. Kita selalu kepayang pada sesuatu, misalnya pada cinta, atau pada suatu hobi, juga pada pengalaman Ketuhanan. Para sufi, pertapa, rahib, yogi... adalah mereka yang mabuk pada Tuhan :D

    Terima kasih atas apresiasi Anda, Bung Joko.

    ReplyDelete

Post a Comment