SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

STANDARD GANDA


Standard Ganda

Ketika ada lelaki digoda banci, kita akan tertawa. Lucu... .
Coba subyeknya kita ganti. Perempuan digoda Lelaki. Akankah masih lucu? Kita akan berteriak-teriak "pelecehan seksual".

Ketika kita melihat para penjagal menjagal sapi dengan sadisnya, kita bilang, "Sapi kan memang ditakdirkan untuk dimakan."
Coba sapi itu diganti anjing. Tentu kita akan segera berteriak kepada si penjagal, "Manusia amoral!!!"

Ketika ada berita perempuan memperkosa lelaki beramai-ramai, kita akan tertawa geli. Pasti si lelaki keenakan.
Coba itu dibalik. Masihkah kita akan tertawa geli?

Ketika seorang kaya naik motor harley dengan suara knalpot menggelegar, polantas takkan menilangnya. Bilangnya, "Knalpot standardnya seperti itu.
Coba itu kita naik motor bersilinder kecil berknalpot Akralinga. Pasti langsung gergaji di tempat, dapat surat tilang, tanpa dicek dengan alat pengukur desibel.

Waktu ada bule perempuan jalan pakai kaos singlet dan hotpants di jalanan kota di Indonesia yang panas ini, kita cuek saja, malah sesekali curi pandang.
Coba itu yang jalan pakai kaos singlet dan hotpants si Tumini... . Segera kita akan bernyanyi lagunya Jahanam, Tumini Nggatheli.

Ketika seorang lelaki poligami, kita pikir itu wajar. Sunnah Rasul.
Coba itu perempuan yang poligami, kita pasti segera memakinya "lonthe tua tak tahu diri".

Ketika kota Paris diteror warga ber-KTP Paris, kita segera mengganti PP dengan bendera Prancis.
Coba kejadian serupa terjadi di sebuah kota di Lebanon, Syria, atau bahkan Papua... we give no shit!

Masih ingat ketika Yogyakarta mengancam akan memisahkan diri dari Indonesia beberapa tahun yang lalu? Kita anggap itu angin lalu saja. Tidak ada reaksi keras apapun.
Apa yang terjadi jika hal itu dilakukan Papua? Moncong senjata segera menumpahkan darah.

Masih ingat ketika Yogyakarta mengibarkan bendera janur kuning, bukan gula-klapa (merah putih)? Kita anggap itu angin lalu saja. Tidak ada reaksi keras apapun.
Apa yang terjadi jika hal itu dilakukan Papua? Mengibarkan Bintang Kejora? Moncong senjata segera menumpahkan darah.

Masih ingat ketika FPI dan HTI berteriak-teriak bahwa Pancasila itu haram? Lalu, khilafah solusinya? Kita anggap angin lalu saja. Reaksi yang paling keras hanyalah memaki di internet.
Apa yang terjadi jika Papua lebih mencintai Bintang Kejora? Moncong senjata segera menumpahkan darah.

@KalongGedhe

Comments

  1. ttg laki2 digoda banci, mau komplain..
    harusnya perempuan bukan digoda laki2...
    tp perempuan digoda cwe macho... hihi.. gt mas.. hihi

    ReplyDelete

Post a Comment