COVID-19 AND CULTURAL STUDIES

COVID-19 AND CULTURAL STUDIES WITH SPECIAL REFERENCE TO INDONESIA by Yohanes Padmo Adi Nugroho I was writing about virtual-reality game, when the COVID-19 Pandemic spread to the whole world. My country, Indonesia, was so confident that we will not and will never be contract this disease. There were even jokes among ministers that Indonesian is too strong for SARS-CoV-2 to infect, or that the virus cannot enter Indonesian area because the permission is difficult. It was February 2020. But, then, in the early of March the government announced that there were two Indonesian citizen s being COVID19 positive. From that day, we are slowly swallowed in panic. Not long after, the first two Indonesian COVID-19 patients are announced to public, the case is rapidly increasing. The epicenter of Indonesian COVID-19 Pandemic outbreak is Jakarta and the area nearby (Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi), but because people are still able to mobile and travel, the cases are now everywhe

PANCASILA SEBAGAI PHILOSOPHISCHE GRONSLAG (WELTANSCHAUUNG)

PANCASILA SEBAGAI PHILOSOPHISCHE GRONSLAG (WELTANSCHAUUNG)
-Padmo Adi-

Soekarno secara eksplisit di dalam pidato 1 Juni 1945 menyebut Pancasila sebagai Philosophische Grondslag, sebab memang Pancasila dirumuskan untuk menjadi pandangan hidup dasariah atau dasar filosofis dari Negara Indonesia Merdeka. Di atas fundamen Pancasila inilah didirikan Negara Indonesia “merdeka dan kekal abadi”. Jerman punya Nazisme, USSR punya Marxisme-Komunisme, Saudi Arabia punya Islam-wahabisme, Jepang punya Tenno Koodoo Seishin, Republik Tiongkok punya San Min Chu I, Indonesia merdeka punya apa? Indonesia punya Pancasila.

Bukan hanya sebagai dasar filosofis Indonesia Merdeka, Pancasila adalah Dasar Negara:
a.       dasar berdiri dan tegaknya negara
b.      dasar kegiatan penyelenggaraan negara
c.       dasar partisipasi warga negara
d.      dasar pergaulan antara warga negara
e.       dasar dan sumber dari segala sumber hukum nasional

Sebagai Philosophische Grondslag atau Weltanschauung, Pancasila akhirnya menjadi ideologi nasional Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila memuat gagasan tentang bagaimana seharusnya Bangsa Indonesia mengelola kehidupannya. Walaupun demikian, Pancasila bukanlah merupakan suatu ideologi yang tertutup. Setiap ideologi tertutup selalu bersifat totaliter. Rumusan-rumusan Pancasila tidak langsung operasional sebagaimana ideologi totaliter, sehingga Pancasila selalu memerlukan penafsiran ulang sesuai perkembangan zaman.

Soekarno pernah berkata, “Tidak ada satu Weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak ada perjuangan!”

(Floriberta Aning (ed.), 2006, Pidato Soekarno 1 Juni 1945, dalam buku Lahirnya Pancasila, Kumpulan Pidato BPUPKI, Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo, 116, 126-130)
(Bambang Suteng Sulasmono, 2015, Dasar Negara Pancasila, Yogyakarta: Kanisius, 68-73)
(Baskara T. Wardaya, SJ., 2009, Bung Karno Menggugat!: Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S, edisi revisi, Yogyakarta: Galangpress, 194)

Comments