PADA PERSIMPANGAN JALAN

  PADA PERSIMPANGAN JALAN   Jalan di depan berkabut.  Dokumen pribadi . Kita akan berpisah. Tapi, aku senang pernah berjumpa denganmu, mengenalmu, dan melangkah bersamamu... hingga nanti pada persimpangan itu. Kau akan kembali ke asalmu, sementara aku tetap akan di sini, berjaga bersama waktu. Aku tidak pernah punya keberanian untuk berkunjung ke kotamu. Mungkin nanti ketika aku telah selesai di sini. Tapi, apakah nanti akan tiba? Yang jelas, nanti adalah perkara perpisahan. Jadi, selamat jalan.   Malang, 05 Desember 2022 Padmo Adi

PANCASILA SEBAGAI PHILOSOPHISCHE GRONSLAG (WELTANSCHAUUNG)

PANCASILA SEBAGAI PHILOSOPHISCHE GRONSLAG (WELTANSCHAUUNG)
-Padmo Adi-

Soekarno secara eksplisit di dalam pidato 1 Juni 1945 menyebut Pancasila sebagai Philosophische Grondslag, sebab memang Pancasila dirumuskan untuk menjadi pandangan hidup dasariah atau dasar filosofis dari Negara Indonesia Merdeka. Di atas fundamen Pancasila inilah didirikan Negara Indonesia “merdeka dan kekal abadi”. Jerman punya Nazisme, USSR punya Marxisme-Komunisme, Saudi Arabia punya Islam-wahabisme, Jepang punya Tenno Koodoo Seishin, Republik Tiongkok punya San Min Chu I, Indonesia merdeka punya apa? Indonesia punya Pancasila.

Bukan hanya sebagai dasar filosofis Indonesia Merdeka, Pancasila adalah Dasar Negara:
a.       dasar berdiri dan tegaknya negara
b.      dasar kegiatan penyelenggaraan negara
c.       dasar partisipasi warga negara
d.      dasar pergaulan antara warga negara
e.       dasar dan sumber dari segala sumber hukum nasional

Sebagai Philosophische Grondslag atau Weltanschauung, Pancasila akhirnya menjadi ideologi nasional Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila memuat gagasan tentang bagaimana seharusnya Bangsa Indonesia mengelola kehidupannya. Walaupun demikian, Pancasila bukanlah merupakan suatu ideologi yang tertutup. Setiap ideologi tertutup selalu bersifat totaliter. Rumusan-rumusan Pancasila tidak langsung operasional sebagaimana ideologi totaliter, sehingga Pancasila selalu memerlukan penafsiran ulang sesuai perkembangan zaman.

Soekarno pernah berkata, “Tidak ada satu Weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak ada perjuangan!”

(Floriberta Aning (ed.), 2006, Pidato Soekarno 1 Juni 1945, dalam buku Lahirnya Pancasila, Kumpulan Pidato BPUPKI, Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo, 116, 126-130)
(Bambang Suteng Sulasmono, 2015, Dasar Negara Pancasila, Yogyakarta: Kanisius, 68-73)
(Baskara T. Wardaya, SJ., 2009, Bung Karno Menggugat!: Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S, edisi revisi, Yogyakarta: Galangpress, 194)

Comments