BULAN KEMERDEKAAN

  BULAN KEMERDEKAAN   麦わらの一味 Dua minggu lalu kita dipanggang matari dengan cinta mengenang kebebasan hormat pada Merah-Putih lambang darah-keringat perjuangan moyang simbol cinta-harapan hidup sejahtera di tanah merdeka, milik kita!   Pada Minggu itu aku saksikan kawan-kawanku berdandan a la pejuang dan pahlawan memainkan kembali kisah perlawanan Lalu bersama bergembira Delapan puluh tahun kita merdeka!   Merdeka? Kamis lalu seorang pemuda tewas dilindas ACAB! Hari ini seorang mahasiswa mati dipersekusi ACAB! Mana Sila Kedua Pancasila?!   Kami bersuara bukan karena benci! Kami hanya ingin Sila Kelima Pancasila terwujud nyata di tanah kita!   Aku tidak akan pernah lagi sudi mengajar Pancasila dan Kewarganegaraan di negeri ini!!!   Biadab-biadab itu adalah monster yang dididik untuk hanya tahu menyiksa, mendera, dan membunuh! Biadab-biadab itu adalah Herder yang dilatih untuk melindungi kepenti...

JOGJA... JOGJA...

JOGJA... JOGJA...

Jogja... Jogja... sampai kapan aku harus pergi kepadamu? Sampai aku harus membutuhkan passport untuk bisa melalui gapuramu? Atau, sampai aku menjalani upacara sia-sia itu?

Jogja... Jogja... haruskah aku kembali kepadamu? Turut serta menjejalkan motorku yang berbokong lebar itu di tengah-tengah kemacetanmu?

Jogja... Jogja... kauibarat mantan yang menua... yang menikah dengan sembarang lelaki mengingat usia yang tak lagi muda... lalu jadi makin cerewet dengan omong kosongmu, khas ibu-ibu PKK, karena tak bahagia. Tapi, masih saja aku membuka halaman facebookmu.

Jogja... Jogja... aku menangisimu sebagaimana halnya Isa menangisi Yerusalayim.

Surakarta Utara, 13 Februari 2018
Padmo Adi

Comments