KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

NATAL DI NEGERI KITA


NATAL DI NEGERI KITA

Natal di negeri kita
tidak ada penggembala
yang berlutut menghadap Anak Manusia
tapi banyak polisi dan gegana
yang berjaga-jaga di gereja-gereja

Natal di negeri kita
tidak ada domba, sapi, dan kambing
yang mengantri menyaksikan Anak Manusia
tapi banyak pasukan K-Nine dan para anjing
yang memeriksa isi tas orang hendak berdoa

Natal di negeri kita
tidak ada Majus membawa kotak persembahan
tapi seorang Banser NU berlari menjauhi gereja
membawa sebuah kotak, lalu meledak di kejauhan

Malam Natal, 24 Desember 2019
Padmo Adi

Comments