SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

NATAL DI NEGERI KITA


NATAL DI NEGERI KITA

Natal di negeri kita
tidak ada penggembala
yang berlutut menghadap Anak Manusia
tapi banyak polisi dan gegana
yang berjaga-jaga di gereja-gereja

Natal di negeri kita
tidak ada domba, sapi, dan kambing
yang mengantri menyaksikan Anak Manusia
tapi banyak pasukan K-Nine dan para anjing
yang memeriksa isi tas orang hendak berdoa

Natal di negeri kita
tidak ada Majus membawa kotak persembahan
tapi seorang Banser NU berlari menjauhi gereja
membawa sebuah kotak, lalu meledak di kejauhan

Malam Natal, 24 Desember 2019
Padmo Adi

Comments