SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

SEMBILAN BELAS PEMUDA JALAN CEMARA

SEMBILAN BELAS PEMUDA JALAN CEMARA

 

19 Novis MSF 2007/2008

kita pernah bersama di kaki Merbabu, di Salatiga
kita pernah bersama di kaki Merapi, di Yogyakarta
lalu kita tempuh perutusan kita masing-masing
kini kita berserakan di kota-kota yang asing

takkan pernah terulang makan siang bersama di Jalan Cemara
takkan pernah terlupa malam-malam hening penuh dengan doa
takkan pernah kembali pagi-pagi buta dan segelas anggur misa
apa kabar gadis cantik penjaga warnet bernama Memi di sana?

 

29 Oktober 2020

Padmo Adi


Comments

Post a Comment