PADMOSOEDARJO
Sang
Pejuang dan Pecinta
Padmosoedarjo muda. Foto koleksi pribadi.
Padmosoedarjo, atau yang kupanggil Eyang Daryo, adalah Veteran Perang
Kemerdekaan Indonesia. Eyang Daryo berjuang di bawah Ignatius Slamet Rijadi, khususnya pada
peristiwa Serangan Umum Surakarta.
Anak-anak Lurah Atmowirogo. Padmosoedarjo muda adalah dua dari kiri. Foto dokumen pribadi.
Dari kiri ke kanan: Siti Nonijah, Hadrianus Denda Surono, Maria Goretti Purwini, dan Padmosoedarjo. Foto dokumen pribadi. |
Padmosoedarjo adalah seorang pejuang sekaligus pecinta. Ketika Siti Nonijah, istrinya, mengajukan pilihan sulit, pilih tetap jadi tentara atau pilih dirinya, Eyang Daryo lebih memilih istrinya, kekasih hatinya. Kemudian dia menjalani hidup sederhana di Kauman, Surakarta. Di usia senjanya, dia lebih dikenal sebagai tukang pijat bayi. Antara Thanatos dan Eros, jelas dia memilih Eros.
Padmosoedarjo bersama salah seorang anak menantunya dan salah seorang cucunya, Adita Dyah Padmi Noviati. Foto koleksi pribadi.
Ketika kekasih hatinya itu meninggal dunia, Eyang Daryo tetap mengenangnya; banyak sekali foto, lukisan, dan kolase Eyang Non dipasang memenuhi dinding tembok gandok (rumah satelit dalam rumah tradisi Jawa, tempat Eyang Daryo tidur) ndalem Kauman.
Hadrianus Denda Surono, anak kedelapan Padmosoedarjo, bersama istri dan anaknya memberikan penghormatan terakhir kepada ayahnya. Dokumen pribadi. |
Kini, Eyang Daryo beristirahat abadi, disemayamkan di sebelah pusara Eyang Non, kekasihnya itu. Dan, di ujung makamnya berkibar sang Merah Putih, yang dia bela semasa muda bersama para pejuang lainnya.
Wahai Padmakarna... wahai Padmasena... wahai para Padma... di dalam darahmu mengalir darah seorang pejuang... mengalir darah
seorang pecinta! Tempalah dirimu, menengadahlah... jadilah pejuang... jadilah
pecinta... . Perjuangkan cintamu!!!
Terima kasih, Eyang Daryo, atas teladanmu.
MERDEKA!!!
Singosari, 17 Agustus 2024
Padmo Adi
Comments
Post a Comment