SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

INGIN KUGAMBAR

INGIN KUGAMBAR

Berikanlah padaku sekotak crayon
ingin kugambar perasaanku yang tak terperi
Berikanlah padaku sekotak crayon
sebab puisi mungkin tak mampu lagi memeri

Ingin kubasuh tubuhku dengan warna-warni
yang mengalir syahdu dari antara kakimu
Dan,
‘kan kugambarkan perasaan itu di tubuhku dan tubuhmu
Jiwa kita pun berpadu

Sarang Kalong, 27 Januari 2010
Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Comments