MARIA GRAVIDA: Merefleksikan Peristiwa Kehamilan Maria, Kala Maria Mengalami Perubahan Radikal pada Tubuhnya

 MARIA GRAVIDA Merefleksikan Peristiwa Kehamilan Maria Kala Maria Mengalami Perubahan Radikal pada Tubuhnya Patung Maria Gravida berjudul Humanity of Mary  karya Galuh Sekartaji Patung ini sekarang ada di Kapel Kanisius, Jakarta Foto oleh Alexander Koko, S.J. Dari sekian banyak hal yang dapat dilakukan perempuan tanpa dapat dilakukan laki-laki, salah satunya adalah hamil. Perempuan secara biologis dianugerahi rahim, tempat tumbuhnya janin selama kurang-lebih 9 bulan. Peristiwa hamil dapat memiliki beragam makna bagi diri perempuan; bisa positif bisa juga negatif. Pada umumnya banyak perempuan menanti-nantikan kehamilan ini, bahkan merawat kehamilan ini dengan sungguh, hingga melahirkan nanti. Walau, dalam beberapa kasus ada juga kemudian perempuan yang menolak kehamilannya. Penolakan kehamilan ini biasanya terjadi karena situasi sosial yang tidak mendukung, misalnya ketiadaan lelaki—sang suami. Situasi tanpa lelaki (baca: suami) itu pulalah yang dialami Maria (atau dalam tr...

NAH...

NAH...

Jaka Kelana:
O… Larasati
akankah aku bertemu denganmu?

Aku sibak kau dalam riang
tapi hingar-bingar membawamu pergi
sebelum kucium punggung tanganmu
sebelum kupuji parasmu

Larasati
di manakah gerangan kau?

Kucari dalam malam
di antara gemerlap jahanam
di antara selangkang
di antara rambut kepang
tapi tiada kau, Larasati

Ke mana lagi harus kucari?
segera dan aku tidak muda lagi

Tiada hati rela
jika senja menyapa
kita belum bersua

Haruskah kuhabisi
sisa nafasku tanpamu,
Larasati?

Atau, benarkah kau hanya ada
bersama Pemuda Gondrong
yang mati di Kalvari?

Dalam hening
kudengar kau bernyanyi
Larasati… .


Larasati:
Diamlah sejenak, Kasihku
mari kita menyelam dalam malam
coba dengar
malam sedang melantunkan sebuah nyanyian

Malam tidaklah selalu sekelam yang kaupikirkan
Ketika malam semakin malam
tidaklah semua kehidupan terpejam
Coba dengar
masih ada anak-anak alam
bermain-main bersama malam
dan malam sedang melantunkan nyanyian
untuk mereka dan kita

Di sanalah bagian yang hilang
Kita terperangkap dalam diri kita sendiri, Kasihku
Waktu yang terus berlari
membuat kita tak sadarkan diri
dan lupa akan apa yang kita cari
Tubuh ini malah menjadi penjara sanubari
dan jiwa yang belum terselami

Lupakanlah sejenak segala gundah risaumu, Kasihku
Mari ikutlah aku berjalan mengarungi malam
Mari kita nikmati dan buat waktu berhenti
Selama purnama masih menyinari
dan bintang-bintang menari
Kita cari kerinduan hati
sesuatu yang hilang, tapi tak kita sadari



*Perkawinan puisi “Larasati” dan “Datanglah Padaku, Kasihku”
untuk TSD dan LC
tanpa babibu
dan sensor sana-sini
Tepi Jakal, 14 Oktober 2009
Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Comments