pada tanggal
puisi
PADA PERSIMPANGAN JALAN Jalan di depan berkabut. Dokumen pribadi . Kita akan berpisah. Tapi, aku senang pernah berjumpa denganmu, mengenalmu, dan melangkah bersamamu... hingga nanti pada persimpangan itu. Kau akan kembali ke asalmu, sementara aku tetap akan di sini, berjaga bersama waktu. Aku tidak pernah punya keberanian untuk berkunjung ke kotamu. Mungkin nanti ketika aku telah selesai di sini. Tapi, apakah nanti akan tiba? Yang jelas, nanti adalah perkara perpisahan. Jadi, selamat jalan. Malang, 05 Desember 2022 Padmo Adi
- Get link
- Other Apps
Suka dengan kritisnya. Cuma sayang paradigma bir sebagai bahan mabuk masih kental.
ReplyDeleteTerima kasih :)
ReplyDeleteKemabukan oleh bir (atau minuman keras lain) saya pakai sebagai metafora kemabukan kita pada sesuatu. Kita selalu kepayang pada sesuatu, misalnya pada cinta, atau pada suatu hobi, juga pada pengalaman Ketuhanan. Para sufi, pertapa, rahib, yogi... adalah mereka yang mabuk pada Tuhan :D
Terima kasih atas apresiasi Anda, Bung Joko.