SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

Sebotol Tuhan

Sebotol Tuhan

Sebotol bir kutenggak hingga tergeletak
Namun, hati tak pernah berhenti mencari
Sebotol bir kutenggak hingga hampir tersedak
Namun, hati tak pernah berhenti bertanya

Berbotol-botol bir menemaniku mengarungi samudera sepi
tiada mampu menandingi
tiada mampu menyamai
Sebotol Tuhan yang kucuri di dalam sunyi

Sebotol Tuhan kurindu
Sebotol Tuhan kucandu
beri saja aku satu
penghilang ngilu penghalau sendu

Tuhan,
izinkan aku merayakan Natal
walau harus berdiri jauh dari altar
izinkan aku menikmati Natal
walau harus berdiri sendiri di latar

Jangan beri aku bom di malam Natal
Mari kita bersulang sebotol Tuhan yang kental

Tepi Jakal, 17 Desember 2010
Kalong Gedhe

Comments

  1. Suka dengan kritisnya. Cuma sayang paradigma bir sebagai bahan mabuk masih kental.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih :)

    Kemabukan oleh bir (atau minuman keras lain) saya pakai sebagai metafora kemabukan kita pada sesuatu. Kita selalu kepayang pada sesuatu, misalnya pada cinta, atau pada suatu hobi, juga pada pengalaman Ketuhanan. Para sufi, pertapa, rahib, yogi... adalah mereka yang mabuk pada Tuhan :D

    Terima kasih atas apresiasi Anda, Bung Joko.

    ReplyDelete

Post a Comment