TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA

TUANG AIR MATAMU SECUKUPNYA   Seorang lelaki mengenakan kostum Garuda tengah beristirahat dengan sebat. Kepada para lelaki, menangislah jika harus menangis, sebab hidup ini sering kali tragis. Tuang air matamu secukupnya, lalu kemasi dirimu kembali, selesaikanlah hidupmu lagi.   Kehilangan demi kehilangan, kekalahan demi kekalahan, dari satu luka ke luka lain, kita telan kepedihan-kepedihan. Sering kali tak tertahankan. Sering kali menghancurkan.   Letakkan. Lepaskan. Ungkapkan. Tidak semua harus dipanggul! Pilihlah yang berharga. Pilihlah yang bermakna.   Lewat derita kita rangkai kata jadi cerita balada legenda abadi bersama semesta!   Malang, 04 Oktober 2024 Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Peziarah Tanpa Iman

Peziarah Tanpa Iman
*untuk Martasudjita

Beratus-ratus purnama aku merenungkan
dan pada malam yang itu aku meyakini
Kutanggalkan jubah kebesaran itu
untuk mengarungi samudera tanpa cakrawala

Bukan pada lubang di antara selangkang
Bukan pula demi uang yang bergelimang
Tetapi mengikuti kata hati sanubari
yang senantiasa bergema pada tiap sudut raga

Aku ini peziarah
tanpa iman
tanpa kepercayaan
tanpa tongkat pegangan
Hanya mengikuti bisikan nurani
penuh kesadaran dan kebebasan

Aku ini roh merdeka
yang tak mengimani surga
pula tak percaya neraka
Aku ini roh merdeka
yang narima ing pandum
Menjawab “ya” pada hidup
dengan segala konsekuensinya

Dengan kegairahan ini aku memilih mati di atas Teater Arena
dan bukannya mangkat dengan hormat di pastoran Gereja
Engkau takkan mengerti dan memahami jiwa kami
Engkau takkan mengerti dan memahami keputusan ini
Takkan pernah,
sebab kauberada di atas menara gading yang kuning
dan kepadamu semua lutut bertelut

Cawan yang tersaji di hadapanku telah kutenggak habis
Tubuh dan darahku telah tercurah di atas panggung teater itu
Semuanya telah menjadi persembahan yang sempurna
bagi hidup serta kematian yang mengikutinya
Sekiranya engkau harus menjadi kematian kecilku
jadilah!

Dan kalian,
jangan ikuti jejakku!
Buatlah jejakmu sendiri...

Tepi Jakal, 20 Mei 2012
Padmo “Kalong Gedhe” Adi

Comments