SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

500 Kilometer

500 Kilometer

Lima ratus kilometer
itulah jarak antara kau dan aku
itulah jarak yang memisahkan kita
Surakarta, kota para pemberani, di sini aku berada
sedang kau di Jayakarta, kota jaya, kota para pemenang

Takkan kubiarkan Batavia senantiasa merenggutmu dariku
Lima ratus kilometer adalah harga untuk meraih cintamu
Akan kutempuh lima ratus kilometer itu
untuk merebutmu kembali dari angkuhnya Ibu Kota

Ganas dan wingitnya Pantura bukan sekadar legenda
tapi kisah nyata yang aku saksikan dengan mata kepala
tak terhitung jumlahnya hidup berakhir di aspal Pantura
namun rasa takut lebur di dalam kobaran rindu di dada

Belum pernah kurasakan takut dan rindu jadi satu seperti itu
Hujan yang dingin di tengah gelapnya malam
Mesin yang meraung di tengah-tengah hutan
Lumpur yang menciprat-ciprat membutakan
Truck-truck dan bus-bus raksasa menghimpit
Namun aku percaya, jalan berliku itu mengantarku padamu

Ketika matahari menerangi Pantura
walau awan mendung masih saja meraja
saat itulah aku semakin merindukanmu
Jakarta, dua ratus sekian kilometer lagi
saat itulah aku menjadi ketakutan...
Sebab kudapati diriku melaju dengan gila
sebelum kusaksikan kecelakaan mencekam
yang mungkin terjadi setiap hari di Pantura

Hanya saja rindu inilah yang memimpinku
rindu inilah yang memacu pistonku hingga batas
rindu inilah yang ingin menebas lima ratus kilometer
rindu inilah yang hendak memenangkan cintamu di kota Jaya

Dan, ketika kulihat api emas di pucuk Monas
aku tahu, aku akan segera bertemu denganmu
memenangkan cintamu
di kota kemenangan
Jakarta!!!

*untuk Kartika,
aku menemukanmu, kasihku
mengenang kebersamaan kita, 30 Desember 2012 - 01 Januari 2013
Surakarta, 10 Januari 2013
Padmo Adi

Comments