SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

Media Itu Bernama Jembut

Media Itu Bernama Jembut

Sudah dengar berita terkini?
Tentang selebritis
(maaf saya tidak terima dia disebut artis)
yang dicekal karena nyimeng dan ngoplo itu?
Seluruh media memberitakannya...
mulai dari berita gosip panas terkini,

hingga media mainstream negeri ini

Informasi yang kita perlukan sudah cukup
tetapi kita malah dijejali dengan berita-berita yang tak penting
yang sang ayah tak terimalah
yang sang terduga harus tidur di lantailah
yang si lelaki belum tidur setelah shootinglah
yang si perempuan tak kuat ingin segera pulanglah
mendramatisasi
(mungkin lebih cocok 'menyinetronisasi')

Bayangkan jika yang terjerat kasus itu aku... atau kamu...
"Seorang penyair ditangkap saat sedang menenggak ciu"
itu pun pasti hanya menjadi berita pojok koran lokal setempat
yang halaman pertamanya hanya berisi berita pemerkosaan itu

Kita dialienasi dari diri kita sendiri
oleh media yang menjejali informasi
yang tidak mendesak dan penting

(Maka aku mematikan televisi
membuka facebook ini
dan menulis puisi... .
Sebuah satire?) 

30 Januari 2013
Padmo Adi

Comments