AWAL DARI KISAH YANG LAIN

AWAL DARI KISAH YANG LAIN Desain cover oleh Daniela Triani   Kata Pengantar Kisah-kisah Problematika Gender yang Manga-esque   Buku ini adalah ruang-waktu yang kami ciptakan supaya teman-teman mahasiswa Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, yang terlibat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berkarya mengartikulasikan pengalaman dan pemahaman mereka akan gender dan problematika yang ada tentang gender tersebut. Tentu teori-teori gender itu mereka dapatkan di dalam kelas. Dalam kesempatan ini, diharapkan para mahasiswa mampu mem- break down dan mengartikulasikan teori tersebut melalui sebuah kisah (fiksi) yang lebih dekat dengan mereka. Tentu saja pembahasan mengenai gender ini selalu menarik dan selalu terbuka akan berbagai macam kemungkinan. Kisah tentang gender yang dihadirkan oleh teman-teman mahasiswa Sastra Jepang ini sungguh menarik; ada kisah yang menelusuri problematika gender itu di ranah yang paling privat—ketika seseorang mempertanyakan identitas gende

EMPAT SAJAK KETIKA MABUK

EMPAT SAJAK KETIKA MABUK

Aku Tak Bisa Tidur
Aku tak bisa tidur
di saat seharusnya aku sudah mendengkur!
Aku tak ingin merusak segala sesuatu yang sudah
            ditata dengan baik dan sesuai letak.
Keparat! Seharusnya aku tidak minum.
Kini aku bangun sendiri. Menjaga mereka yang
            lelap mendengkur kebanyakan minum.
Aku dengan mabuk merangkai puisi
sembari menjaga teman-temanku
dan ditemani segelas air putih
untuk mengundang kembali kesadaranku.
Oh Freud... Oh Lacan...
akankah aku sadar lagi?

Serigala Malam
Ketika air-air surga menghujan,
para serigala melolong
berlarian
menyalak.
Kini aku sadar.
Entah apa aku akan ingat esok hari.
Esok? Ini sudah esok!!!
Tidak... tidak... aku akan tenang
            menjaga mereka,
teman-teman yang kucinta.

Liar
Sesekali waktu kubiarkan ketidaksadaranku
            merajaiku.
Aku terus berjuang.
Bergulat di antara kesadaran dan ketidaksadaranku.
Tapi aku harus menjaga teman-temanku yang mabuk.
Temanku pergi. Pulang meninggalkan kami.
Kuharap dia baik-baik saja.
Kuharap dia baik-baik saja.
Baru kali ini aku kehilangan kesadaranku.
Lihatlah... bahkan tulisanku tak dapat
            dibaca.
Tapi aku masih setia bangun.
Menjaga lelap teman-temanku yang rubuh.
            Keparat adalah kata yang paling puitik.

Masih Harus
Aku masih harus pulang.
Tapi aku mabuk.
Dan kesadaranku, entah ke mana.
Aku hanya bisa memantaunya dari kejauhan.
Kuharap, teman-temanku baik-baik saja.
Sementara aku menjaga mereka
sembari memanggil kembali kesadaranku.
Yogyakarta 27 Januari 2014
Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments