AWAL DARI KISAH YANG LAIN

AWAL DARI KISAH YANG LAIN Desain cover oleh Daniela Triani   Kata Pengantar Kisah-kisah Problematika Gender yang Manga-esque   Buku ini adalah ruang-waktu yang kami ciptakan supaya teman-teman mahasiswa Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, yang terlibat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berkarya mengartikulasikan pengalaman dan pemahaman mereka akan gender dan problematika yang ada tentang gender tersebut. Tentu teori-teori gender itu mereka dapatkan di dalam kelas. Dalam kesempatan ini, diharapkan para mahasiswa mampu mem- break down dan mengartikulasikan teori tersebut melalui sebuah kisah (fiksi) yang lebih dekat dengan mereka. Tentu saja pembahasan mengenai gender ini selalu menarik dan selalu terbuka akan berbagai macam kemungkinan. Kisah tentang gender yang dihadirkan oleh teman-teman mahasiswa Sastra Jepang ini sungguh menarik; ada kisah yang menelusuri problematika gender itu di ranah yang paling privat—ketika seseorang mempertanyakan identitas gende

STANDARD GANDA


Standard Ganda

Ketika ada lelaki digoda banci, kita akan tertawa. Lucu... .
Coba subyeknya kita ganti. Perempuan digoda Lelaki. Akankah masih lucu? Kita akan berteriak-teriak "pelecehan seksual".

Ketika kita melihat para penjagal menjagal sapi dengan sadisnya, kita bilang, "Sapi kan memang ditakdirkan untuk dimakan."
Coba sapi itu diganti anjing. Tentu kita akan segera berteriak kepada si penjagal, "Manusia amoral!!!"

Ketika ada berita perempuan memperkosa lelaki beramai-ramai, kita akan tertawa geli. Pasti si lelaki keenakan.
Coba itu dibalik. Masihkah kita akan tertawa geli?

Ketika seorang kaya naik motor harley dengan suara knalpot menggelegar, polantas takkan menilangnya. Bilangnya, "Knalpot standardnya seperti itu.
Coba itu kita naik motor bersilinder kecil berknalpot Akralinga. Pasti langsung gergaji di tempat, dapat surat tilang, tanpa dicek dengan alat pengukur desibel.

Waktu ada bule perempuan jalan pakai kaos singlet dan hotpants di jalanan kota di Indonesia yang panas ini, kita cuek saja, malah sesekali curi pandang.
Coba itu yang jalan pakai kaos singlet dan hotpants si Tumini... . Segera kita akan bernyanyi lagunya Jahanam, Tumini Nggatheli.

Ketika seorang lelaki poligami, kita pikir itu wajar. Sunnah Rasul.
Coba itu perempuan yang poligami, kita pasti segera memakinya "lonthe tua tak tahu diri".

Ketika kota Paris diteror warga ber-KTP Paris, kita segera mengganti PP dengan bendera Prancis.
Coba kejadian serupa terjadi di sebuah kota di Lebanon, Syria, atau bahkan Papua... we give no shit!

Masih ingat ketika Yogyakarta mengancam akan memisahkan diri dari Indonesia beberapa tahun yang lalu? Kita anggap itu angin lalu saja. Tidak ada reaksi keras apapun.
Apa yang terjadi jika hal itu dilakukan Papua? Moncong senjata segera menumpahkan darah.

Masih ingat ketika Yogyakarta mengibarkan bendera janur kuning, bukan gula-klapa (merah putih)? Kita anggap itu angin lalu saja. Tidak ada reaksi keras apapun.
Apa yang terjadi jika hal itu dilakukan Papua? Mengibarkan Bintang Kejora? Moncong senjata segera menumpahkan darah.

Masih ingat ketika FPI dan HTI berteriak-teriak bahwa Pancasila itu haram? Lalu, khilafah solusinya? Kita anggap angin lalu saja. Reaksi yang paling keras hanyalah memaki di internet.
Apa yang terjadi jika Papua lebih mencintai Bintang Kejora? Moncong senjata segera menumpahkan darah.

@KalongGedhe

Comments

  1. ttg laki2 digoda banci, mau komplain..
    harusnya perempuan bukan digoda laki2...
    tp perempuan digoda cwe macho... hihi.. gt mas.. hihi

    ReplyDelete

Post a Comment