JOGJA... JOGJA...
Jogja...
Jogja... sampai kapan aku harus pergi kepadamu? Sampai aku harus membutuhkan
passport untuk bisa melalui gapuramu? Atau, sampai aku menjalani upacara
sia-sia itu?
Jogja...
Jogja... haruskah aku kembali kepadamu? Turut serta menjejalkan motorku yang
berbokong lebar itu di tengah-tengah kemacetanmu?
Jogja...
Jogja... kauibarat mantan yang menua... yang menikah dengan sembarang lelaki
mengingat usia yang tak lagi muda... lalu jadi makin cerewet dengan omong
kosongmu, khas ibu-ibu PKK, karena tak bahagia. Tapi, masih saja aku membuka
halaman facebookmu.
Jogja...
Jogja... aku menangisimu sebagaimana halnya Isa menangisi Yerusalayim.
Surakarta Utara, 13 Februari 2018
Padmo Adi
Comments
Post a Comment