KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Urip Kuwi Kaya Udud, Ngudud! (Aforisme Maret 2018)

Urip Kuwi Kaya Udud, Ngudud!

  1. Ayub kae ya nganggo protes ro Gusti Allah sik... .
  2. Genre tragi-komedi itu ada karena hidup yang pahit itu bisa juga ditertawakan... dengan getir dan sinis.
  3. Jangan-jangan, Tuhan itu adalah anak kecil yang sedang bosan... lalu menciptakan semesta... lalu menciptakan manusia... untuk nonton drama, tragi-komedi.
  4. Bagaimana jika seandainya memang benar bahwa hidup adalah sebuah keterlemparan... sehingga memang tidak ada makna di sana; bagaikan character pada game MMORPG yang tidak memiliki plot.
  5. Urip kuwi kaya udud, ngudud... sia-sia, ning ya tetep ana sing nglakoni dengan pemaknaannya masing-masing.
Padmo Adi

Comments